SOLOPOS.COM - Ilustrasi krisis air (JIBI/dok)

Solopos.com, BOYOLALI — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali memetakan masih ada lima wilayah di Boyolali rawan krisis air bersih pada tahun 2022. Permasalahan krisis air di lima wilayah tersebut diakui hingga saat ini masih belum ada solusi.

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Boyolali, Kurniawan Fajar Prasetyo, mengatakan lima wilayah yang menjadi perhatian terkait ancaman krisis air pada tahun ini yakni Kemusu, Juwangi, Wonosegoro, Wonosamodro, dan Tamansari.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pemetaan tersebut berdasarkan sejumlah kriteria untuk mengklasifikasi wilayah-wilayah yang terdampak krisis air bersih saat musim kemarau. Sejumlah kriteria tersebut antara lain daerah kering, terisolir, daya beli masyarakat rendah, langkanya penjual air bersih, dan curah hujan rendah.

Baca juga: 3 Kecamatan di Boyolali Darurat Kekeringan, Butuh Bantuan Air Bersih

“Kelima wilayah yang saya sebutkan tadi memang kondisinya seperti itu [sesuai klasifikasi pemetaan]. Oleh karena itu, sejumlah wilayah yang sudah dipetakan itu menjadi fokus perhatian kami nanti saat siaga darurat bencana musim kemarau ditetapkan,” ucap dia kepada Solopos.com, Senin (3/1/2022).

Bantuan BPBD Boyolali

Kurniawan menyebutkan di Wonosegoro, terdapat desa yang warganya harus menempuh jarak sejauh 15 kilometer untuk membeli air bersih. Untuk meringankan beban tersebut, BPBD Boyolali selalu menyediakan suplai air bersih sebanyak 375 tangki dengan daya tampung 5.000 liter dan 8.000 liter.

“Tapi perlu dicatat juga, BPBD Boyolali melakukan dropping air untuk membantu kebutuhan pokok masyarakat di wilayah kekeringan, bukan untuk kebutuhan sekunder dan lainnya. Untuk enam bulan musim kemarau di tahun 2022 ini sama dengan tahun sebelumnya, kami menyediakan 375 tangki air untuk disalurkan ke wilayah terdampak krisis air bersih,” ungkap dia.

Baca juga: Antisipasi Kekeringan, BPBD Boyolali Siapkan Bantuan 1.500 Tangki Air Bersih

Kurniawan menjelaskan permasalahan krisis air di sejumlah wilayah tersebut sudah terjadi sejak lama. Berbagai upaya menurutnya sudah dilakukan dengan berkoordinasi dengan dinas lainnya. Namun, hingga saat ini bencana kekeringan menurutnya masih selalu terjadi setiap tahunnya.

“Yang hanya bisa menanggulangi hanyalah perkembangan teknologi nanti. Kami sudah berupaya. Tapi saya juga sempat dengar PUDAM akan membuat saluran, tapi belum tahu mekanismenya nanti bagaimana,” ucap dia.

Selain mengantisipasi permasalahan kekeringan, tindakan mitigasi hingga Februari 2022 juga terkait bencana hidrometeorologi juga dilakukan oleh BPBD Boyolali. Salah satunya memasang satu unit EWS di Desa Kendel, Kemusu, untuk mengantisipasi terjadinya tanah longsor.

“Sampai saat ini siaga darurat bencana dibagi dua. Untuk periode saat ini kami mewaspadai tanah longsor, banjir, dan angin puting beliung. Wilayah yang kami waspadai antara lain di Gunung Kendel dan wilayah terdampak erupsi Gunung Merapi juga,” beber dia.

Baca juga: Embung di Boyolali Ini Jadi Andalan Penuhi Kebutuhan Air Saat Kemarau, Mana saja?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya