SOLOPOS.COM - Ilustrasi pelajar SMP. (Solopos/Whisnupaksa Kridhangkara)

Solopos.com, WONOGIRI – Pemkab Wonogiri berencana menerapkan pembelajaran tatap muka pada jenjang SD dan SMP. Rencananya pembelajaran tatap muka ini digelar mulai September 2020 mendatang.

Hal itu diungkapkan oleh Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Wonogiri, Sriyanto. Dia menjelaskan pembelajaran tatap muka itu akan dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Skema pembelajarannya pun menggunakan sif. Siswa masuk pagi dan siang. Hal ini agar tidak semua siswa berada di sekolah dalam satu waktu. Dia mencontohkan, sebagian kelas VII-IX SMP masuk pagi, sedangkan sebagian lagi masuk siang.

Muncul di Uang Baru Rp75.000, Ini Fakta Unik Suku Tidung

Untuk SD disesuaikan dengan jumlah siswa setiap sekolah. Apabila ada kelas yang hanya terdapat kurang dari 10 siswa, seluruh siswa di kelas tersebut bisa masuk dalam satu sesi. Jika jumlah siswa di kelas banyak, sekolah bisa menerapkan sistem sif.

Pada masa pergantian kelas pagi dan siang ada waktu jeda beberapa lama. Jeda itu untuk memberi kesempatan siswa yang mengikuti kelas pagi keluar dari sekolah terlebih dahulu. Setelah sekolah tidak ada lagi siswa, siswa kelas siang baru masuk. Itu supaya tidak ada kontak antara siswa kelas pagi dengan siswa kelas siang.

“Durasi pembalajarannya maksimal dua jam. Penghitungan kami, dua jam ini bisa untuk menjalankan tiga mata pelajaran dengan estimasi satu mata pelajaran 40 menit. Saat pelajaran guru hanya menyampaikan materi dan penanaman karakter, jadi siswa tidak mengerjakan tugas di kelas. Tugas dari guru dikerjakan di rumah,” kata Sriyanto saat dihubungi Solopos.com, Kamis (20/8/2020).

4 Hari

Penyesuaian lainnya adalah pembelajaran tatap muka di Wonogiri dilaksanakan empat hari sepekan, yakni Senin-Kamis. Sementara, dua hari barikutnya, yakni Jumat dan Sabtu pembelajaran dilaksanakan dalam jaringan atau daring. Cara ini untuk meminimalisasi lama siswa di sekolah untuk mengurangi risiko penularan Covid-19.

“Saat pelajaran guru wajib memakai masker dan face shield [pelindung wajah]. Siswa wajib pakai masker. Semua warga sekolah juga wajib mencuci tangan menggunakan sabun sebelum dan setelah beraktifitas di sekolah. Sekolah juga harus menyiapkan masker cadangan. Jadi, kalau ada siswa yang lupa membawa masker siswa bersangkutan bisa diberi,” imbuh Sriyanto.

Sekolah juga diwajibkan memiliki tempat cuci tangan. Satu tempat cuci tangan diasumsikan untuk 25 orang. Apabila di sekolah ada 100 orang dalam satu sesi pembelajaran berarti sekolah harus menyiapkan empat tempat cuci tangan. Sekolah juga harus mengatur agar siswa tidak berkerumun saat mencuci tangan.

Kasus Konfirmasi Positif Corona Solo Disebut Punya Ekor Panjang, Begini Penjelasannya

Kurikulum juga disesuaikan. Sekolah akan memakai kurikulum kondisi khusus yang telah dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemendikbud. Ini karena dalam kondisi pandemi Covid-19 tidak bisa menjalankan kurikulum reguler secara efektif.

Sriyanto meyakini TK, kelompok belajar, dan satuan PAUD sejenis juga bisa menerapkan pembelajaran tatap muka dengan pengawasan ketat dan pengaturan durasi pembelajaran lebih pendek.

“Masuknya mulai tanggal berapa dan penerapannya akan langsung di semua sekolah atau perlu uji coba dulu, kami masih menunggu keputusan Bupati dan Gugus Tugas [Percepatan Penanganan Covid-19 Wonogiri],” ulas Sriyanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya