SOLOPOS.COM - Karyawan di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Jumat (17/1/2020). (Bisnis-Abdullah Azzam)

Solopos.com, JAKARTA – Potensi keuangan syariah dinilai tetap bersinar. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahkan melihat sektor perbankan syariah dapat mendorong pemulihan ekonomi nasional di tengah melandainya kasus Covid-19.

Kepala Departemen Pengawasan Bank Syariah OJK, Jasmi, mengatakan bank syariah dinilai memiliki ruang untuk meningkatkan ekonomi Indonesia. Hal itu terlihat dari konteks likuiditas, risiko, permodalan, dan efisiensi.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Berdasarkan data OJK per Februari 2022, rasio pembiayaan terhadap pendanaan atau financing to deposit ratio (FDR) dari bank umum syariah dan unit usaha syariah (UUS) mencapai 77,34%. Meningkat dibandingkan posisi bulan sebelumnya, yakni 75,32%.

Baca Juga: Kalangan Milenial Jadi Sasaran Pengembangan Keuangan Syariah

“Ruang perbankan syariah masih tebal, tinggal menunggu demand dari masyarakat,” kata Jasmi dalam Media Briefing Keuangan Syariah yang digelar virtual, Jumat (22/4/2022).

Total aset perbankan syariah sampai dengan Februari 2022 mencapai Rp664,89 triliun. Jumlah tersebut meningkat 13,17% jika dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Peningkatan kinerja perbankan syariah juga tecermin dari dana pihak ketiga (DPK) yang meningkat dari Rp462,41 triliun per Februari 2021 menjadi Rp531,55 triliun. Sedangkan untuk kinerja pembiayaan perbankan syariah tumbuh 7,58% secara tahunan menjadi Rp411,10 triliun.

Baca Juga: Genjot Literasi Investasi Syariah untuk Tambah Investor Ritel Domestik

Di sisi lain, rasio pembiayaan bermasalah (non-performing finance/NPF) perbankan syariah nasional terus mengalami penurunan. Per Februari 2022, NPF secara gross mencapai 2,64% dan net 0,99% turun dari posisi Februari 2021 masing-masing 3,14% dan 1,55%.

Direktur Pengaturan dan Perizinan Perbankan Syariah OJK, Nyimas Rohmah, mengatakan pengembangan keuangan syariah Indonesia memiliki potensi besar. Sebab Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar dengan porsi 86,88%. Selain itu, menurut State of Global Islamic Economy Report 2021/2022, pengeluaran muslim global untuk sektor ekonomi syariah diperkirakan tumbuh 9,1% pada 2022.

Baca Juga: Webinar Spesial Ramadan: Tantangan dan Potensi Besar Keuangan Syariah 

“Ini merupakan suatu potensi pasar yang sangat luar biasa bagi sektor keuangan syariah yang bisa dilayani oleh keuangan syariah di Indonesia,” kata Nyimas.

Di sisi lain, berdasarkan Islamic Finance Outlook 2022, industri keuangan syariah diperkirakan akan tumbuh sebesar 10% hingga 12% pada 2021 – 2022.

Terpisah, pengamat ekonomi perbankan dari Binus University, Doddy Ariefianto, mengatakan satu isu utama industri keuangan syariah adalah sumber daya manusia (SDM). Menurutnya belum ada SDM yang menguasai perbankan syariah sebaik perbankan konvensional. Padahal, bila melihat jauh ke belakang, Indonesia sudah 30 tahun memiliki bank syariah. “Sudah saatnya kita memiliki SDM bank syariah yang unggul,” kata dia.

Baca Juga: Komitmen Pegadaian Beri Layanan Investasi Syariah dengan Mudah 

Doddy menambahkan persoalan utama kesenjangan SDM itu karena selama ini belum ada bank syariah yang dapat menyaingi bank konvensional besar. Baik dari segi aset maupun permodalan sehingga diversifikasi bisnis pada setiap bank syariah terbilang minim.

Berita ini sudah tayang di Bisnis.com dengan judul: OJK Akui Perbankan Syariah Punya Ruang Cukup untuk Dorong Pemulihan Ekonomi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya