SOLOPOS.COM - Mursidah, 67, pedagang sayur keliling asal Desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo, Klaten, mempersiapkan koper untuk berangkat haji pada Rabu (24/5/2033). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Mimpi Mursidah, 67, bakul sayur asal Dukuh Kidul Pasar, Desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo, Klaten, untuk naik haji akhirnya terwujud tahun ini. Hal itu merupakan buah ketekunannya selama kurang lebih 30 tahun menabung saban hari.

Tekad Mursidah bisa melaksanakan rukun Islam kelima itu begitu kuat. Saban hari, Mursidah menabung Rp10.000 dari hasil keuntungan berjualan sayur keliling agar bisa digunakan untuk biaya berangkat haji.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Setelah 30 tahun menabung, Mursidah akhirnya berangkat haji tahun ini. Mursidah tinggal di rumah sederhana di tengah permukiman Desa Keprabon. Rumahnya berdinding tembok dan berlantai plester dengan bagian depan berupa gang kecil.

Di rumah itu, Mursidah tinggal seorang diri. Suaminya meninggal dunia pada 1999. Sedangkan keempat anaknya sudah berkeluarga. Namun, anaknya yang masih tinggal satu desa saban hari menengok bakul sayur keliling asal Klaten yang tahun ini bakal naik haji itu.

Nenek tujuh cucu itu berjualan sayur segar sejak anak bungsunya masih TK. Sementara anak bungsu tersebut saat ini sudah berumur sekitar 37 tahun. Artinya, Mursidah sudah berjualan sayur keliling selama lebih dari 30 tahun.

Mursidah memulai aktivitas berjualan sayur keliling sejak pukul 05.00 WIB. Dia mengayuh sepeda onthel dengan boncengan dipasangi beronjong menuju pasar untuk kulakan sayur. Setelah itu, perempuan lansia berperawakan kecil itu mulai keliling dari kampung ke kampung untuk menawarkan sayur mayur.

Berapa pun hasil yang dia peroleh, Mursidah rutin menyisihkannya untuk ditabung. Dia semakin rajin menabung selepas anak-anaknya sudah berkeluarga. Rata-rata dia menyisihkan uang Rp10.000 per hari.

Uang itu dia masukkan dalam kaleng. Ketika sudah penuh, uang dibelanjakan perhiasan yang nantinya bisa dijual lagi. Bakul sayur keliling asal Keprabon, Klaten, itu tak menyangka akhirnya bisa menunaikan ibadah haji.

Mendaftar sejak 2012

Dia bersyukur, usaha dan doanya dikabulkan. “Ya Allah, paringi kula rezeki ingkang kathah. Gusti Allah ridha paringi kalaksanan, paringi kemudahan [Ya Allah, berilah saya rezeki yang banyak. Allah meridai dan mengabulkan, memberikan kemudahan],” kata Mursidah saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Rabu (24/5/2023) sore.

Anak sulung Mursidah, Sri Murjiyati, 44, mengatakan ibunya mendaftar haji pada 2012. Sebagian besar biaya pendaftaran dari uang hasil menabung dan sebagian disokong anak-anaknya. Sementara biaya perjalanan ibadah haji (Bipih) murni uang Mursidah dari hasil menabung.

Total biaya untuk bisa berangkat ke Tanah Suci menunaikan ibadah haji hampir Rp50 juta. “Ibu benar-benar menabung dari hasil jualan sayur itu untuk biaya agar bisa berangkat haji. Sebenarnya jadwal berangkat pada 2021. Tetapi karena ada pandemi Covid-19, akhirnya baru bisa berangkat tahun ini,” kata Sri Murjiyati.

Sri Murjiyati menjelaskan ibunya sudah tidak lagi berjualan sayur keliling selama tiga tahun terakhir. Anak-anaknya melarang setelah nenek-nenek tersebut terjatuh dari sepeda karena terserempet sepeda motor saat perjalanan ke pasar.

Sebagai gantinya, Mursidah berjualan sapu lidi, garam, serta tanah liat yang biasa digunakan untuk memasak daun pepaya di rumahnya. Namun, Mursidah tetap rutin bersepeda terutama untuk datang ke pengajian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya