SOLOPOS.COM - Pengumuman pembatalan operasi pasar minyak goreng yang sedianya digelar di halaman Mapolresta Solo, Kamis (17/3/2022). (Instagram @polrestasurakarta)

Solopos.com, JAKARTA — Kelangkaan minyak goreng saat ini diprediksi akan terus berulang akibat rapuhnya ketahanan pangan nasional.

Pendapat soal kelangkaan minyak goreng itu disampaikan Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi.

Promosi BRI Perkuat Kolaborasi Strategis dengan Microsoft Dorong Inklusi Keuangan

Tulus Abadi mengatakan fenomena kelangkaan minyak goreng akan terus berulang. Menurut Tulus, hilangnya komoditas pokok seperti minyak goreng di pasar bukanlah hal baru karena sebelumnya juga sering terjadi untuk komoditas tempe dan kedelai.

Baca Juga: Dedi Mulyadi Usul DPR Bentuk Pansus Minyak Goreng

Rapuhnya ketahanan pangan karena pemerintah belum berhasil menjadikan ketahanan pangan yang sebenarnya.

“Fenomena ini akan terulang karena rapuhnya ketahanan pangan. Negara bisa tak berdaya melawan pasar dan tak mampu melakukan intervensi,” ujar Tulus.

Rapuhnya ketahanan pangan, ujarnya, juga akibat sampai kini Indonesia tidak punya daulat pangan karena bergantung pada bahan impor kecuali untuk beras saja.

“Kita tergantung pada impor bahan pangan sehingga kita didikte oleh mekanisme pasar,” ujarnya dalam acara diskusi bertajuk “Harga meroket, rakyat menjerit. Di manakah negara?” yang digelar oleh Partai Gelora Indonesia.

Baca Juga: Pengumuman! Operasi Pasar Minyak Goreng di Mapolresta Solo Batal

Diskusi itu menghadirkan narasumber Ketua Umum Aliansi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSINDO) Hasan Basri dan Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia dengan keynote speech Ketua umum PRatia Gelora Anis Matta, Rabu (16/3/2022).

Dia mencontohkan, ketergantungan impor seperti komoditas kedelai yang didatangkan dari Amerika Serikat, meski bahan itu merupakan makanan harian rakyat Indonesia. Terkait minyak goreng, kita tidak bisa menentukan harga pasar meski jadi pemasok minyak sawit mentah (CPO).

Anehnya, Malaysia malah mampu menentukan harga pasar meski produksi sawitnya tidak sebesar Indonesia.

“Selain itu, pemerintah tak mampu mengantisipasi kebutuhan global dan berapa kebutuhan nasional,” ujarnya.

Baca Juga: Satgas Pangan Polresta Solo Bergerak Awasi 4 Distributor Minyak Goreng

Padahal, pemerintah telah membuat kebijakan soal domestic market obligation (DMO) untuk minyak goreng.

Dia bahkan mempertanyakan apakah DMO mengalir ke minyak goreng atau mengalir ke biodiesel.

Sementara itu, Anis Matta mengatakan kelangkaan dan kenaikan harga sejumlah komoditas sudah mulai mengganggu secara sosial politik maupun di dunia internasional.

Baca Juga: Harga Minyak Goreng Naik, Emiten Sawit di Bursa Saham Ikut Melejit

“Apa pun alasan pemerintah. Gangguan politik sudah sangat terasa dan apabila dilihat mood masyarakat maka kondisi ini merupakan peringatan penting bahwa kita perlu antisipasi kemungkinan situasi ini dimanfaatkan secara politik. Sebagai Presidensi G-20, Indonesia dipermalukan melihat pemandangan antre minyak goreng dan pemandangan itu sangat menyedihkan,” katanya.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “YLKI: Ketahanan Pangan Rapuh, Fenomena Kelangkaan Minyak Goreng akan Berulang”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya