SOLOPOS.COM - Salah satu toko thrift di Boyolali, Second Original Boyolali and Top Adventure di Kota Boyolali, Minggu (4/9/2022). (Solopos.com/Nova Malinda).

Solopos.com, BOYOLALI — Peminat pakaian bekas atau second hand, atau dikenal thrift di Boyolali terus mengalami peningkatan. Sementara, tak semua baju bekas yang laris manis berharga murah.

Pebisnis thrift di Boyolali, Taufik Idayah, menjelaskan ada beragam harga yang ditawarkan di toko nya. “Tergantung modal jelas, brand iya. Biasanya antara Rp80.000 sampai Rp150.000 untuk market offline,” ucap dia, Minggu (4/9/2022).

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Taufik menjelaskan produk dengan harga murah belum tentu diminati oleh pelanggannya. “Terbukti dengan kita menyediakan barang harga Rp17.000, Rp8.000, Rp45.000, Rp77.000 tidak begitu banyak yang keluar,” ucap dia.

Pelanggan Taufik malah banyak yang mencari barang dengan harga di atas Rp100.000, bahkan ada yang Rp300.000 ke atas.

Crew Toko Thrift milik Taufik, Jajang Arianto menjelaskan pengunjung toko offline kebanyakan berasal dari Warga Boyolali. “Kebanyakan pelanggan dari Boyolali, dan laki-laki, karena disini banyak produk menyasar laki-laki. Namun ada juga yang dari luar daerah Boyolali,” ucap dia.

Baca juga: Lagi Ngetren di Solo, Begini Cara Memulai Bisnis Thrifting Biar Cuan

Jajang menjelaskan toko thrift offline, Second Original Boyolali & Top Adventure beralamat di Jalan Jambu Nomor 21, Lodalang, Siswodipuran, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah 57311.

Toko tersebut mulai buka pukul 10.00 WIB dan tutup pukul 22.00 WIB. “Kami belum pernah ikut buka di Car Free Day Boyolali, soalnya waktu nya terlalu sebentar hanya sekitar dua jam dari 06.00 WIB sampai 08.00 WIB, kalau ikut cuma habis di tenaga,” ucap dia.

Jika tertarik berbelanja online, Jajang mengarahkan para pelanggan bisa cek akun Instagram mereka @kaum_urbanis 2nd , @ttc_boy , dan @Top_Adv.

Saat ini Taufik bahkan mampu meraup omzet hampir Rp120 juta per bulan.

“Rata-rata per bulan omzet kotor antara Rp80 juta hingga Rp120 juta, tiga bulan terakhir naik sekitar 25% an. Sebelum 2016, antara Rp30 juta sampai Rp40 juta, itu sebelum ada offline store,” ucap dia saat ditemui Solopos.com, Senin (5/9/2022).

Baca juga: Ancaman Beragam Penyakit di Balik Pakaian Bekas, Ini Penjelasan Dokter

Taufik mendefinisikan Boyolali sebagai kota kecil, anak mudanya kalau soal fashion masih kurang karena belum ada kampus besar. “Sedangkan fashion itu biasanya yang mendongkrak mahasiswa,” ucap dia.

Seolah naik kelas, Taufik mengatakan perkembangan thrift di Boyolali semakin meningkat, terbukti dengan munculnya penjual-penjual thrift baru di area Boyolali.

Taufik berpendapat peminat thrift di Boyolali rata-rata membeli produk tersebut karena kebutuhan.

“Tapi akhirnya juga karena mumpung nemu atau ada barang nya. Karena mungkin sebelum nya mereka tidak menemukan barang itu di toko lain,” ucap dia.

Meski demikian, peminat thrift di Boyolali tak hanya melihat dari sisi fungsional baju, tapi mulai bisa melihat brand-brand ternama. “Menurut kula [saya] jelas bukan karena murah tapi lebih karena brand dan model atau trend sekarang,” ucap dia.

Baca juga: Thrifting Baju Bekas, Antara Ancaman Kesehatan dan Mencintai Bumi

Tak hanya anak muda saja, peminat thrift milik Taufik rata rata juga ada dari kalangan orang tua.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya