SOLOPOS.COM - Kios pakaian bekas impor atau awul-awul di Pasar Klithikan Notoharjo, Solo, Selasa (21/12/2021). (Solopos/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, SOLO — Jual beli pakaian bekas sudah menjadi tren di Indonesia, termasuk di Solo. Sedangkan dari sisi kesehatan, ada yang perlu diperhatikan dari persebaran pakaian bekas yang tidak diketahui riwayat pastinya itu.

Tren penggunaan pakaian bekas tampaknya sulit dihilangkan. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus terpenuhi untuk semua orang. Sementara dengan perkembangan zaman, ada tuntutan lain dalam pemenuhan kebutuhan itu, yakni tren fashion.

Ekspedisi Mudik 2024

Biasanya, pakaian-pakaian bekas yang ramai peminat itu berasal dari negara-negara maju yang memiliki tren fashion yang menjadi kiblat masyarakat Indonesia. Seperti dari negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Korea Selatan dan sebagainya. Hal itu juga menjadi magnet untuk memiliki pakaian bekas. Bukan hanya untuk alasan memenuhi kebutuhan pokok, namun juga alasan tren fashion dengan harga lebih terjangkau.

Persoalannya, ternyata pakaian bekas itu juga sangat rentan atau sangat berpotensi menjadi media baik untuk mentransmisikan beberapa jenis penyakit.

Dokter spesialis kulit dan kelamin dari Rumah Sakit JIH Solo, dr. Arieffah, Sp.KK, mengatakan setiap orang tentu memiliki keringat, ludah dan sebagainya yang bisa saja menempel pada pakaian yang digunakan.

Baca Juga: Ini Keunggulan RS JIH Solo hingga Sabet Indonesia Marketing Champion 2022

Dokter spesialis obsgyn Rumah Sakit (RS) JIH Solo, dr. Bima Suryantara, Sp.OG (K) (kiri) dan Sementara itu Dokter spesialis kulit dan kelamin RS JIH Solo, dr. Arieffah, Sp. KK (tengah), dalam Health Talk RS JIH Solo yang disiarkan di Youtube RS JIH Solo, belum lama ini. (Tangkapan Layar Youtube)
Dokter spesialis obsgyn Rumah Sakit (RS) JIH Solo, dr. Bima Suryantara, Sp.OG (K) (kiri) dan Sementara itu Dokter spesialis kulit dan kelamin RS JIH Solo, dr. Arieffah, Sp. KK (tengah), dalam Health Talk RS JIH Solo yang disiarkan di Youtube RS JIH Solo, belum lama ini. (Tangkapan Layar Youtube)

Begitu juga pada pakaian bekas yang banyak beredar di Indonesia. Masyarakat tentunya juga tidak tahu riwayat pasti dari pakaian bekas itu, termasuk bagaimana kondisi dari pemilik awal dari pakaian itu.

“Kalau hanya sekadar, misalnya kita mendapatkan pakaian dari orang yang kebersihannya kurang, mungkin penyakit yang timbul sifatnya ringan seperti infeksi ringan. Tapi kita tidak tahu kalau misalnya si pemilik pakaian itu katakanlah dari orang yang sudah meninggal. Kebetulan meninggal dalam keadaan sakit. Lebih parah lagi sakitnya sampai dirawat di rumah sakit, itu kan pasti bakteri-bakteri yang muncul akan sangat berbeda dibandingkan orang-orang yang banyak beraktivitas di luar rumah sakit,” kata dia, Rabu (17/8/2022).

Dia juga menyampaikan, dari jurnal yang telah dia baca, bakteri dan jamur memiliki viabilitas atau kemungkinan untuk dapat hidup cukup lama di kain. Berbeda dengan virus yang membutuhkan inang hidup, bakteri dan jamur, bisa bertahan hidup di benda mati. Hal itu juga menjadi pertimbangan ketika berminat membeli pakaian bekas.

Lebih lanjut dia menyebut ada beberapa gangguan kulit yang bisa muncul ketika mengenakan pakaian bekas yang terdapat bakteri, jamur dan yang lainnya.

Baca Juga: Pejuang Diet Perlu Tahu, Menimbang Berat Badan Sebaiknya di Waktu Pagi

Salah satunya kemungkinan timbulnya alergi hanya karena debu yang ada di pakaian itu. “Untuk seseorang dengan riwayat alergi, akan lebih mudah terpicu dermatitisnya [peradangan pada kulit yang menimbulkan gejala mengganggu]. Ini hanya karena debu saja,” kata dia.

Tapi ketika ternyata di pakaian itu tidak hanya terdapat debu, namun ada juga bakteri atau jamur atau lainnya, gangguan lain yang kemungkinan muncul adalah infeksi.

Untuk alergi, gangguan yang muncul terbatas pada gatal-gatal, memerah, setelah penggunaan. “Sedangkan untuk infeksi, misalnya dari adanya jamur, berarti ada transmisi dari pemilik awal ke pemilik baru. Berarti pada pemilik baru juga akan muncul gejala-gejala jamur, misalnya memerah, gatal di daerah-daerah tertentu,” lanjut dia.

Kemudian ketika bicara bakteri, sebenarnya kulit manusia memiliki bakteri baik. Namun ketika kondisinya berlebihan, misalnya karena ada tambahan populasi dari luar seperti dari baju tersebut, hal itu juga bisa menimbulkan masalah. Salah satunya bisa menyebabkan infeksi di daerah tertentu. Kemudian jika baju bekasnya didapatkan dari orang yang terkena diare misalnya, bisa mentransmisikan bakteri penyebab diare itu kepada pemilik baru.

Ada juga kemungkinan munculnya infeksi cacing kremi, yang sumbernya dari pakaian dalam. Bisa juga kutu rambut, misalnya dari topi, kemudian pada pakaian yang bahan dasarnya wol.

 

 

Rekomendasi
Berita Lainnya