SOLOPOS.COM - Ilustrasi Alun-alun Banyumas. (jatengprov.go.id)

Solopos.com, SOLO — Logat bahasa ngapak seringkali terdengar lucu bagi orang yang bukan berasal dari daerah Banyumas dan sekitarnya.

Hal ini dikarenakan bahasa ngapak, memiliki logat atau dialek yang unik. Nada yang digunakan terdengar sangat medok, berbeda dari logat bahasa Jawa yang digunakan sebagian besar masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Promosi Simak! 5 Tips Cerdas Sambut Mudik dan Lebaran Tahun Ini

Meski demikian, bahasa ngapak sudah menjadi ciri khas masyarakat Banyumasan, Tegal, dan daerah lain. Bahkan, bahasa ini kerap menunjukkan jati diri dan identitas masyarakat di wilayah tersebut. Guyonannya Ora ngapak ora kepenak.

Baca Juga: Unik! Provinsi Banyumasan Isine Orang Ngapak Kabeh?

Bahasa ngapak atau bahasa Banyumasan memiliki dialek yang khas dibandingkan dengan gaya bahasa Jawa bandek seperti Yogyakarta dan Solo. Ciri khas dari bahasa ngapak adalah terbentuk karena adanya retensi bahasa Jawa Kuna.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), retensi diartikan sebagai unsur bahasa purba yang dipelihara dalam isolek (bahasa, dialek, subdialek, atau beda wicara) tanpa ada perubahan. Retensi ini terjadi di wilayah eks Karesidenan Banyumas (Banjarnegara, Purbalingga, Cilacap, dan Banyumas).

Bahasa Jawa Kuna adalah ibu dari berbagai dialek bahasa Jawa yang ada hingga saat ini. Bahasa ini digunakan pada masa Kerajaan Majapahit. Bahkan, disebutkan oleh Erawati (2015) dalam Eksistensi dan Dinamika Kosa Kata Bahasa Jawa Kuna pada Masyarakat Bali Masa Kini, bahasa Jawa Kuna adalah bahasa daerah tertua di Kepulauan Nusantara karena cakupan kekuasaannya yang sangat luas hingga keluar Pulau Jawa.

Bahasa ngapak diprediksi berasal dari zaman Majapahit karena letak geografis Banyumas yang masih berada pada lingkup kerajaan tersebut. Selain itu, naskah Babad Banyumas yang paling tua juga ditemukan di Banyumas dengan menggunakan bahasa ngapak sebagai bahasa pengantarnya.

Baca Juga: Asal Muasal Dialek Ngapak Banyumasan Jadi Bahasa Jawa Tertua

Dikutip dari penelitian berjudul Elemen-Elemen Bahasa Jawa Kuna Dalam Bahasa Jawa Dialek Banyumas Sebagai Bentuk Retensi Bahasa oleh Rosdiana Puspita Sari, menunjukkan terdapat elemen-elemen peninggalan bahasa Jawa Kuna di dalam bahasa ngapak yang terjadi pada beberapa tingkatan, antara lain: tingkatan fonologi, tingkatan morfologi, dan tingkatan leksikon serta pronomina.

Kesamaan pada tingkatan tersebut hanya dapat dijumpai pada bahasa ngapak.

Pada tingkatan fonologi, hal yang dipertahankan adalah pelafalan huruf /a/. Sedangkan dalam bahasa Jawa bandek menggantinya menjadi /o/.

Pada tingkatan morfologi, bahasa ngapak masih mempertahankan imbuhan -aken, contohnya pada kata nglebokaken. Sedangkan bahasa Jawa bandek menggunakan imbuhan -ake.

Kemudian, leksikon yang dipertahankan bahasa ngapak adalah katon (terlihat). Pada pronomina persona III, kata sira (beliau) juga masih digunakan dalam bahasa ngapak.

Baca Juga: Mirip! Ini Beda Basa Ngapak Banyumasan dan Tegal

Tak hanya itu, bahasa ngapak juga digunakan di sebagian eks Karesidenan Kedu, Tegal, dan Pekalongan. Ada kemiripan, walau ada perbedaannya.

Bahasa Banyumasan dan Tegal memiliki berbagai perbedaan, terutama dalam dialek atau tata cara pengucapannya.

Dikutip dari Kamus Bahasa Jawa Tegal-Indonesia yang diterbitkan Balai Bahasa Jawa Tengah pada 2017, bahasa Jawa Tegal hampir mirip dengan bahasa Jawa Banyumas. Meski demikian, ada beberapa hal yang berbeda di antara keduanya.

Selain itu, bahasa ngapak cenderung digunakan untuk menyebutkan bahasa Banyumasan. Namun, basa Tegal tidak disebut sebagai bahasa ngapak, tapi sebagai basaTegal.

Basa Tegal dituturkan atau digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat di wilayah Kabupaten Brebes, Kota Tegal, Kabupaten Tegal, dan beberapa wilayah di bagian barat Kabupaten Pemalang.

Sementara bahasa Banyumasan yang juga dikenal dengan sebutan basa Panginyongan dituturkan di wilayah eks Keresidenan Banyumas, dan sebagian kecil masyarakat di perbatasan Jawa Barat (Jabar).

Selain itu, bahasa ngapak Banyumasan dengan basa Tegal juga memiliki perbedaan dalam penuturan.

Bahasa Banyumasan cenderung mengucapkan bunyi berakhiran /a/ dengan glottal (bunyi yang dihasilkan oleh celah pita suara tertutup, seperti kata “ana apa?” diucapkan “ana apa’?”

Sedangkan dalam bahasa Tegal, frasa “ana apa” diucapkan secara lugas seperti yang tertulis.



Baca Juga: Satu Kawasan, Ini Beda Banyumas dan Purwokerto

Selain dari segi penuturan, ada beberapa pengucapan kata di bahasa ngapak Banyumasan dengan basa Tegal yang berbeda.

Pengucapan kata yang berbeda itu antara lain dalam menyebut kata “kamu”. Dalam bahasa ngapak Banyumasan, menyebut “kamu” dengan kata “kowe” atau “ko”, sementara dalam basa Tegal menyebut “kamu” dengan “kowen” atau “kon”.

Sedangkan untuk kata “aku”, orang Banyumas kerap menuturkan dengan kata “inyong”, sementara Tegal “nyong”. Pun demikian dengan kata “lapar”, bahasa Banyumasan dikenal dengan istilah “kencot”, sedangkan Tegal “ngelih”.

Masih banyak istilah-istilah lain yang membuat perbedaan antara bahasa ngapak Banyumasan dan Tegal. Meski demikian, perbedaan itu menjadi sebuah keberagaman yang menarik dan menjadi ciri masyarakat wilayah tersebut.

Bahasa Ngapak Banyumasan

Acan : Belum sama sekali
Ayuh/Mayuh : Ayo
Baé : Saja
Gigal: Jatuh
Glewéhan: Bercandaan
Nyong: Saya, aku
Njagong: Duduk
Jorna : Biarkan
Kuwe : itu
Katon/Keton : Terlihat
Kepriwé : Bagaimana
Ko/Rika : Kamu
Teyeng : Bisa
Mbok : Kan (imbuhan di akhir kalimat)
Maning : Lagi
Miki : Barusan
Tidokna: Tunjukkan
Sepetil: sedikit

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya