SOLOPOS.COM - Abdul Jalil (Istimewa/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Kebijakan migrasi siaran TV analog ke TV digital atau analog switch off (ASO) telah dilakukan pada Rabu (2/11/2022). Ini membuat siaran TV analog tidak bisa berfungsi lagi. Masyarakat yang ingin melihat layanan siaran TV digital perlu melengkapi televisinya dengan perangkat set top box (STB).

Pelaksanaan UU No. 11/2020 tentang Cipta Kerja yang mengubah isi UU No. 32/2002 tentang Penyiaran itu ditentang konglomerat media, Hary Tanoesoedibjo atau Hary Tanoe, bos MNC Group. Hary Tanoe dengan lantang menolak ASO tersebut beberapa beragam alasan.

Promosi Ayo Mudik, Saatnya Uang Mengalir sampai Jauh

Ia mengutarakan keberatan itu di akun Instagram pribadinya. MNC Group yang membawahi RCTI, MNCTV, dan GTV akan menggugat pemerintah secara perdata maupun pidana. Ia menilai ASO hanya membuat masyarakat sengsara karena tidak bisa lagi menikmati siaran TV analog, kecuali membeli STB.

Menurut dia, migrasi ke TV digital hanya menguntungkan sedikit pihak, yakni pabrik atau penjual STB. Meski akhirnya menerima ASO, tentu dengan keterpaksaan, Hary Tanoe tidak lantas menyerah begitu saja. Ia menggunakan framing terhadap berita-berita mengenai isu migrasi TV analog ke TV digital.

Anda bisa melihat di kanal milik MNC Group, seperti di okezone.com, sindonews.com, dan inew.id. Ada puluhan berita di tiap portal itu dengan isu migrasi TV analog ke TV digital dengan frame negatif. MNC Group melalui media daringnya agresif dalam merespons kebijakan itu.

Memakai narasi-narasi yang berfokus pada menjual kemiskinan dan kesedihan masyarakat, kebijakan ASO diberitakan dengan framing hanya menyengsarakan rakyat kecil. Berbagai judul clickbait muncul di media online MNC Group, seperti, Viral! Ojol Curhat Diamuk Istri Karena Tak Bisa Beli Set Top Box; Siaran Analog Dimatikan, Warga Pergi ke Sumur dan Cuci Televisi; atau TV Analog Disuntik Mati, Netizen: Lihat Rakyatmu Sekarang Pak!

Selain tiga judul itu, masih banyak judul lain di portal berita milik MNC Group yang clikcbait dan aneh seperti itu.  Sebagian berita hanya hasil comotan konten-konten yang diunggah di media sosial. Dalam banyak isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak, MNC Group tidak begitu intensif memberitakan.

Ketika menyangkut isu ASO, mereka tampak jelas posisinya dan melakukan strategi framing yang bertujuan mempengaruhi opini publik. MNC Group tidak memberikan porsi yang setara untuk mengedukasi masyarakat mengenai kebijakan ASO dan manfaatnya bagi masyarakat maupun industri penyiaran.

Migrasi TV analog ke TV digital memiliki banyak manfaat bagi masyarakat, lembaga penyiaran, dan negara. Dengan beralih ke TV digital, masyarakat menikmati kualitas siaran TV yang lebih baik karena gambar lebih jelas serta suara lebih jernih. Konten siaran pun semakin beragam.

Sedangkan bagi lembaga penyiaran, migrasi ini membuat investasi lebih efisien dalam jangka panjang. Sedangkan bagi negara, ASO menghasilkan penggunaan spektrum frekuensi 700 MHz yang lebih efisien.

Sikap redaksi media online MNC Group menunjukkan kekuatan pemilik media sangat mendominasi ruang redaksi. Ruang redaksi yang seharusnya independen, tampak tak punya taji.

Fenomena itu menguatkan hasil penelitian Roos Tapsell yang dijelaskan dalam buku Kuasa Media di Indonesia. Ia menyebut pemilik media sebagai hambatan utama otonomi jurnalis dalam melakukan kerja-kerja jurnalistik. Pemilik media mendikte yang boleh dan tidak boleh dilaporkan serta bagaimana berita-berita tertentu harus dibingkai.

Lebih Siap

Harry Tanoe sebagai salah seorang konglomerat media di Indonesia seharusnya lebih siap menghadapi era digital. Perusahaan medianya yang multiplatform dan sangat beragam bisa menjadi pemenang dalam pertarungan di area digital.

Selain memiliki beberapa stasiun TV analog dan beberapa media massa cetak dan daring, Hary Tanoe juga punya radio dan memiliki 19 kanal televisi berbayar. Dengan sumber daya yang kuat, kenapa Hary Tanoe menolak kebijakan migrasi TV analog ke TV digital?

Alasannya bisa sangat kompleks, namun bisa dilihat bahwa dalam beberapa tahun terakhir, MNC Group melalui saluran televisi analognya menjadi juara dalam pasar penyiaran di Indonesia. Pangsa audiens siaran televisi gratis MNC Group merupakan yang terbesar di Indonesia saat jam tayang utama atau prime time, mencapai 44% pada Juli 2022.

Pendapatan iklan MNC Group pada kuartal I 2022 sebesar Rp2,36 triliun. Iklan masih mendominasi pendapatan perusahaan tersebut. Dengan posisi yang mapan sebagai pemenang di pasar siaran analog, tentu menjadi posisi yang strategis dan terus akan dipertahankan.

Migrasi ke TV digital mengancam posisi MNC Group yang kini menjadi pemenang. Proses migrasi itu akan membuka persaingan baru. Bakal ada banyak pemain baru di pertelevisian yang akan bersaing memperebutkan pasar penyiaran.

Ancaman bukan hanya dari pemain baru. Pemain lama tentu telah melakukan beragam gebrakan untuk meraih pasar TV digital. Persaingan memperebutkan kue iklan semakin ketat. Jumlah penonton TV digital dalam proses migrasi ini dipastikan akan berkurang.

Ini wajar karena masyarakat yang biasanya bisa langsung menikmati siaran saat menyalakan televisi, kini memerlukan STB untuk menangkap siaran. Distribusi STB gratis kepada masyarakat miskin sejauh ini belum sepenuhnya dilakukan. Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Lembaga Penyiaran Swasta (LPS) bersepakat membagikan 5,5 juta unit STB di seluruh Indonesia.

Angka itu dibagi secara proporsional kepada semua stasiun televisi penyelenggara multiplexing dan Kementerian Komunikasi dan Informatika. MNC Group yang seharusnya mendistribusikan 1.143.121 unit STB kepada warga miskin, ternyata hingga 2 November 2022 baru 2,3% atau 26.139 unit.

Ini tidak selaras dengan keluhan yang disampaikan bos MNC yang menyatakan banyak masyarakat yang tidak bisa menikmati siaran digital karena tak punya STB.  Dengan melihat gejala-gejala tersebut, benarlah kata Jeffrey Winters bahwa kaum oligarki akan melakukan berbagai hal dengan kekuatan politik dan dominasinya untuk mempertahankan kekuasaan dan kekayaan.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 15 November 2022. Penulis adalah jurnalis Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya