SOLOPOS.COM - Warga menunjukkan lokasi talut Kali Blora yang ambrol tergerus air di Dukuh Daleman, RT 002/RW 007, Desa Jetis, Juwiring, Klaten, Rabu (6/9/2017). (Cahyadi Kurniawan/JIBI/Solopos)

Empat rumah di Desa Jetis, Juwiring, Klaten, terancam longsor karena tanahnya tergerus air sungai.

Solopos.com, KLATEN — Arus Kali Blora menggerus talut di Dukuh Terban dan Dukuh Daleman, Desa Jetis, Juwiring. Akibatnya, empat rumah terancam longsor karena lokasinya bersinggungan langsung dengan kali.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Secara terperinci, ada tiga rumah di Dukuh Daleman, RT 002/RW 007, Desa Jetis, dan satu rumah di Dukuh Terban RT 001/RW 008, Desa Jetis. Arus kali yang menghubungkan antara Kali Gawe dan Kali Dengkeng itu juga menggerus pekarangan warga di sekitar kali.

“Untuk antisipasi supaya tak meluas, kami bikin talut sepanjang 1.000 meter melalui dana PNPM Perkotaan pada 2010-2012. Namun talut itu ambrol pada awal 2016,” ujar Sri Sumedi, Kepala Desa Jetis, saat ditemui wartawan di kantornya, Rabu (6/9/2017).

Dia menambahkan luas pekarangan warga yang tergerus luasnya sekitar 500 meter persegi. Harga tanah di lokasi tersebut mencapai Rp100.000-Rp200.000 per meter persegi. Kerugian material yang harus ditanggung warga setidaknya mencapai Rp50 juta.

Sumedi menjelaskan talut ambrol itu sudah ia laporkan berulang kali kepada Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten, dan instansi lainnya agar ditangani. Instansi-instansi itu merespons dengan melakukan tinjauan langsung ke lokasi namun hasilnya nihil.

“Hingga kini enggak ada satu pun bantuan. Mereka beralasan desa memiliki dana desa besar. Padahal, dana desa peruntukannya bukan itu,” terang dia.

Salah satu warga, Mardi Mulyono, 69, warga Dukuh Daleman, RT 002/RW 007, Desa Jetis, Juwiring, mengatakan luas lahannya yang hilang sekitar 90 meter persegi. Kini, rumahnya berbatasan langsung dengan Kali Blora.

Ia waswas terlebih air bisa mencapai bibir talut saat musim penghujan. “Kalau takut ya takut. Tapi mau bagaimana lagi. Mau pindah juga enggak punya tempat lain. Rumah saya hanya di sini,” ujar dia.

Ia tak berharap pekarangannya yang hilang kembali atau pun mendapatkan ganti rugi. Ia hanya menginginkan kondisi rumahnya kembali seperti semula yaitu berjarak sekitar sepuluh meter dari bibir sungai.

“Kalau ganti rugi saya mau minta ke siapa? Saya hanya ingin talut ini lekas diperbaiki sebelum merembet ke rumah warga,” harap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya