SOLOPOS.COM - Para bidan menghentikan langkah Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati untuk sekadar berswafoto bersama di sela-sela peringatan HUT ke-71 IBI di Gedung SMS Sragen, Selasa (12/7/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Bidan dilarang menangani sendiri ibu hamil (bumi) dengan risiko tinggi (risti). Jika mendapati persalinan bumil risti, bidan diminta untuk segera merujuknya ke rumah sakit yang kompeten.

“Jangan dirujuk ke klinik utama, karena di klinik tidak boleh melakukan operasi, baik operasi sedang atau berat. Apalagi sampai operasi sesar, tidak boleh. Tetapi langsung dirujuk ke RS dengan fasilitas lengkap. Jadi dari klinik pratama langsung RS tidak perlu ke klinik utama. Dengan demikian bisa memutus rantai pelayanan yang lama,” jelas Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, di hadapan para bidan, Selasa (12/7/2022).

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Lumrah saja Bupati menekankan pentingnya kehati-hatian dalam menangani bumi risti. Pasalnya, angka kematian ibu hami (AKI) di Sragen pada semseter I 2022 tergolong tinggi yakni 4 kasus. Angka kematian bayi/balita (AKB) lebih memprihatinkan lagi, yakni 60 kasus.

Bupati yang karib disapa Yuni ini menambahkan, para bidan sudah tahu daftar bumil risti. Ketika mengetahui kondisi bumil risti, ujar dia, maka jangan ditangani sendiri. Melainkan segera di rujuk ke rumah sakit kompeten. Dia juga meminta para bidan tetap jaga kompetensi dan profesionalitasnya sehingga AKI dan AKB bisa ditekan.

Baca Juga: Angka Kematian Bayi di Sragen Pada Semester I 2022 Tembus 60 Kasus

Seperti diberitakan sebelumnya, jumlah kasus AKI dan AKB di Sragen berpotensi bertambah. Pasalnya, jumlah ibu hamil (bumil) dengan risiko tinggi (risti) di Sragen mencapai 4.500 orang. Angka tersebut 32,14% dari total ibu hamil di Sragen yang sebanyak 14.000 orang.

“Dua kasus ini [AKB dan AKI] harus menjadi perhatian semua. Empat kasus AKI itu karena eklamsia, pendarahan, dan jantung,” ujar Bupati di Hari Ulang Tahun ke-71 Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Selasa.

AKI dan AKB selalu menjadi indikator kesehatan di setiap kabupaten/kota. Bila AKI dan AKB tinggi menunjukkan indikasi kesehatan di kabupaten tidak berjalan baik. Kondisi ini menjadi catatan bagi Kabupaten Sragen. “Apalagi kalau Bupatinya seorang dokter,” ujarnya.

Baca Juga: Ada 1.201 Bayi di Karanganyar Alami Kurang Gizi, Apa Langkah Pemkab?

Yuni mengingatkan untuk mencegah AKI dan AKB itu harus dengan penanganan yang cepat. Terutama pada rujukan dari fasilitas kesehatan pertama langsung ke rumah sakit, jangan ke puskesmas atau praktik mandiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya