SOLOPOS.COM - Warga mengusung tumpeng dan ingkung ayam saat tradisi Merti Desa Petarangan di puncak bukit Botorono kawasan lereng gunung Sumbing, Petarangan, Kledung, Temanggung, Jateng, Jumat (26/11/2021). (Antara/Anis Efizudin)

Solopos.com, TEMANGGUNG — Di puncak Gunung Sumbing yang terletak di tiga kabupaten Jawa Tengah terdapat sebuah makam. Kira-kira makam siapa itu?

Diberitakan Solopos.com sebelumnya, ternyata makam tersebut merupakan makam Ki Ageng Makukuhan. Dia diyakini sebagai orang pertama yang singgah di Kedu, sebuah kecamatan di Temanggung dan memperkenalkan tembakau di daerah ini.

Promosi BRI Catat Setoran Tunai ATM Meningkat 24,5% Selama Libur Lebaran 2024

Bersumber dari situs resmi Kecamatan Kedu, Temanggung, Ki Ageng Makukuhan yang keturunan China ini memiliki nama asli Ma Kuw Kwan. Dia merupakan murid dari Sunan Kudus dan Sunan Kalijaga.

Sosok yang dimakamkan di puncak Gunung Sumbing ini di masa hidupnya dikenal sebagai santri yang berilmu. Hal ini yang membuat Ki Ageng Makukuhan diminta oleh Sunan Kudus untuk menyebarkan agama Islam di Kedu dengan media pertanian.

Baca Juga:  Terakhir Meletus 1730, Gunung Sumbing Ternyata Masih Aktif

Menurut cerita, Sunan Kudus menjatuhkan rigen melalui ilmu yang dimiliknya. Rigen sendiri merupakan anyaman bambu yang tidak terlalu rapat berbentuk persegi panjang di sebuah lahan di lereng Gunung Sumbing dan Sindoro.

Makam Ki Ageng Makukuhan di puncak Gunung Sumbing. (Instagram/@kotatemanggung)

Lokasi jatunya rigen ini ternyata menjadi tempat yang sangat cocok untuk menanam tembakau. Dari situ, Ki Ageng Makukuhan mulai mengenalkan tanaman tembakau kepada masyarakat sekitar. Ternyata tembakau panenan Ki Ageng Makukuhan itu dikenal berkualitas dan menghasilkan rasa yang sangat istimewa bagi para penikmatnya. Tembakau tersebut dikenal dengan tembakau srintil.

Baca Juga:  Jembatan Terpanjang Jateng Ternyata Ada di Tol Semarang-Solo

Sosok Ki Ageng Makukuhan yang dimakamkan di puncak Gunung Sumbing ini juga ikut menyiarkan agama Islam saat bercocok tanam. Dia tak segan-segan melakukan salat di sawah yang memiliki hasil panen bagus. Ternyata langkah Ki Ageng Makukuhan ini ditiru masyarakat setempat yang akhirnya ikut masuk Islam, yang sebelumnya menganut ilmu kepercayaan.

Di Desa Kedu, Kecamatan Kedu, Temanggung, juga terdapat petilasan Ki Ageng Makukuhan yang dibangun oleh pemerintah. Petilasan ini ramai dikunjungi peziarah pada momen-momen tertentu. Sementara itu, makamnya berada di puncak Gunung Sumbing.

Baca Juga: Tiket Masuk Candi Borobudur Rp750.000, Tarif Rombongan Jadi Berapa?

Di lereng Gunung Sumbing dan Sindoro terdapat sebuah hutan bernama Rasamala. Di hutan ini terdapat pohon walitis yang memiliki tinggi 30 meter dengan lingkar pohon 7,5 meter. Untuk memeluk pohon tersebut diperlukan enam orang dewasa.

Menurut masyarakat sekitar lereng Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yang masih aktif ini, pohon tersebut berasal dari tongkat salah seorang pengkikut wali, yakni Ki Ageng Makukuhan yang ditancapkan ke tanah.

Baca Juga:  Kawah Candradimuka Gunung Lawu Dikenal Sakral dan Tersembunyi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya