SOLOPOS.COM - Peserta aksi mengusung keranda yang dibungkus spanduk saat aksi menolak kenaikan harga BBM bersubsidi di kawasan Gladak, Jl Slamet Riyadi, Solo, Jumat (9/9/2022). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Aksi demo seribuan kader dan simpatisan PKS menolak kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM di kawasan Gladag, Solo, diwarnai aksi teatrikal. Aksi tersebut menggambarkan penderitaan masyarakat kecil dan matinya hati nurani pemerintah yang disimbolkan dengan keranda.

Pantauan Solopos.com, Jumat (9/9/2022), seribuan kader dan simpatisan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) se-Soloraya menggelar aksi unjuk rasa di kawasan Gladag sekitar pukul 14.00 WIB. Di tengah aksi unjuk rasa, sejumlah peserta demo melakukan aksi teatrikal di sekitar mobil bak terbuka.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Mereka menggotong keranda mayat yang bertuliskan penolakan kenaikan harga BBM. Dua peserta aksi demo juga memakai topeng dan membawa kotak warna hitam.

Keranda mayat itu yang dibawa peserta demo PKS di Gladak, Solo, itu menyimbolkan penderitaan wong cilik yang hidupnya kian berat gara-gara kenaikan harga BBM. Beban masyarakat menengah ke bawah dari sisi ekonomi belum sepenuhnya hilang akibat pandemi Covid-19.

Selama dua tahun, kelangsungan hidup masyarakat terutama pekerja sektor informal terpuruk akibat pandemi Covid-19. Sekarang, kondisi ini ditambah kenaikan harga BBM yang berimplikasi pada kenaikan kebutuhan pokok sehari-hari.

Baca Juga: Tuntut Pemerintah Turunkan Harga BBM, Seribuan Kader PKS Demo di Gladak Solo

“Keranda mayat ini simbol masyarakat kecil benar-benar menderita karena harga kebutuhan pokok juga ikut naik. Sementara penghasilan yang didapat setiap hari tidak bertambah,” kata seorang peserta aksi demo di mobil komando, Jumat.

Ketua DPD PKS Solo, Daryono, menyampaikan jumlah peserta aksi demo lebih dari 1.000 orang. Ada beberapa tuntutan para peserta aksi demo, yakni pemerintah menurunkan harga BBM. Kebijakan menaikkan harga BBM dianggap tak tepat karena saat ini kondisi ekonomi masyarakat belum stabil.

Ditanya apakah partai politik etis menggelar aksi demo, Daryono menjawab unjuk rasa bagian dari demokrasi di Tanah Air. Partai politik juga memiliki hak untuk menyampaikan pendapat di muka umum yang diatur dalam perundang-undangan.

Baca Juga: Demo Tolak Harga BBM Naik, Kader PKS Soloraya Longmarch Sriwedari-Gladak

“Jadi etis sangat. Ini ekspresi dari demokrasi di Indonesia. Tidak ada larangan parpol untuk berunjuk rasa, menyampaikan pendapat dan aspirasi,” ujarnya dalam aksi yang didahului dengan longmarch dari Sriwedari melalui Jl Slamet Riyadi menuju Bundaran Gladak, Solo, itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya