SOLOPOS.COM - Suasana kawasan Alun-alun Klaten dari sisi tepi Jl Pemuda, Senin (21/3/2022). Pemkab berencana menata kawasan alun-alun tahun ini. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATENProyek pembanguan Alun-alun Klaten hingga kini terus bergulir. Diantara bagian yang dibangun, ada satu lokasi yang tetap dipertahankan keasliannya, yakni batu menyerupai lumpang.

Lokasinya berada di sisi timur alun-alun. Sebelum proyek penataan alun-alun bergulir, batu itu tertutup besi mirip tutup saluran irigasi dan berada sekitar 1,5 meter dari permukaan tanah. Di dekat tutupnya itu ada batu alam yang dicor menjadi satu dengan lantai jalan setapak.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Klaten, Pramana Agus Wijanarka, menjelaskan batu itu masih dipertahankan keasliannya. Hal itu sekaligus menghargai permintaan warga agar batu itu tetap dilestarikan.

“Kami menghargai kearifan lokal di sana. Tidak kami utik-utik,” kata Pramana saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (25/10/2022).

Pramana mengatakan pelaksana proyek hanya membuat bangunan pengaman di kawasan itu. Sesuai jadwal, akhir kontrak pelaksanaan proyek, 6 Desember 2022.

Baca Juga: Pemkab Dorong Plasa Klaten Jadi Pusat Perbelanjaan Dilengkapi Bioskop

“Kami beri kotak sebagai penanda dan tidak kami utik-utik,” jelas dia.

Batu yang berada di sisi timur alun-alun itu dianggap sebagian warga masih sakral. Sebelum ada penataan, sebagian warga terutama pedagang alun-alun kerap melakukan ritual kecil-kecilan atau memberikan sesaji.

Ketika ada kegiatan seperti konser musik di alun-alun, beberapa panitia acara memasang sesaji di dekat batu itu.

Salah satu warga sekitar alun-alun, Budi, 57, mengatakan batu menyerupai lumpang itu dulunya lebih tinggi dibandingkan permukaan jalan. Lantaran tanah di sekitarnya diuruk, jalan lebih tinggi dibandingkan posisi batu.

Baca Juga: Inilah Deles Indah Klaten, Spot Terbaik Lihat Puncak Merapi dari Jarak Dekat

“Dulu itu, di tengah alun-alun saat ini ada jalan yang terhubung sampai ke RSPD [Gedung Sunan Pandanaran]. Karena terus diuruk, sekarang batunya berada di bawah,” kata Budi saat ditemui beberapa waktu lalu.

Salah satu pegiat pelestari cagar budaya Klaten, Hari Wahyudi, menduga batu yang dianggap sakral di kawasan alun-alun itu bukan lumpang.

“Kalau menurut saya pribadi, itu dugaannya batas jalan. Karena kalau melihat peta Belanda, sebagian kawasan alun-alun dulunya bagian dari Benteng Engelenburg [yang kini kawasannya berdiri Masjid Raya Klaten],” kata Hari.

Sebagai informasi, Pemkab Klaten mengalokasikan anggaran APBD Klaten untuk penataan alun-alun. Nilai kontrak proyek alun-alun sekitar Rp7,8 miliar.

Baca Juga: Daerah Klaten Ini Pernah Jadi Permukiman Eropa dan Tionghoa, Sekarang?

Proyek penataan itu di antaranya penggantian lantai di sekeliling alun-alun. Kawasan itu juga bakal dilengkapi lapangan basket 3 on 3.

Selain itu, arena bermain anak-anak, air mancur, serta gapura pada sisi depan dan belakang alun-alun. Luas alun-alun Klaten sekitar 1,3 hektare (ha).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya