SOLOPOS.COM - Polisi berjaga di gang masuk lokasi kejadian keributan antarwarga di Mertodranan, Pasar Kliwon, Solo, Minggu (9/8/202). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO -- Peristiwa kericuhan di RW 001 Kampung Mertodranan, Pasar Kliwon, Solo, Sabtu (8/8/2020) malam, masih meninggalkan trauma bagi warga lingkungan sekitarnya.

Seorang warga yang menjadi saksi mata kejadian tersebut mengisahkan tindakan brutal itu sebenarnya mulai sejak Sabtu sore sekitar pukul 17.00 WIB. Aksi sekelompok orang tersebut terus berlanjut sampai malam hari meski sempat bubar menjelang Azan Magrib.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Bakda Magrib, massa kembali berdatangan di gang depan rumah korban. Menurut warga tersebut, di kawasan itu memang ada kalangan yang melarang ada kegiatan karena perbedaan keyakinan. Mereka sepakat tidak berkegiatan sejak setahun lalu.

Bos Ternak Semut Rangrang Sidoharjo Sragen Ditangkap Aparat Polda Jateng

"Tapi, infonya, keluarga korban ini mantu [upacara pernikahan] bukan kegiatan yang lain. Kurang lebih sekitar pukul 16.00 WIB mulai itu belum apa-apa, baru kumpul-kumpul. Ramai menjelang Magrib, lalu bubar. Mau Isya itu mulai lagi, istilahnya dibaleni [kembali]. Ada puluhan orang,” ucap warga yang menolak namanya diungkap itu menceritakan peristiwa kericuhan di Mertodranan, Solo, itu kepada Solopos.com.

Massa tersebut kemudian menyerang siapa pun yang keluar dari rumah korban. Sebanyak tiga orang terluka dan harus dibawa ke rumah sakit guna perawatan lebih lanjut.

Banteng Solo Bergerak Endus Adanya Upaya Bersih-Bersih Pendukung Gibran di Struktur Ranting PDIP

Mereka kemudian merusak kendaraan yang terparkir di sekitar rumah korban. Mereka merusak sepeda motor dan memecah kaca mobil dan melempar batu. Massa baru membubarkan diri sekitar pukul 21.30 WIB.

Warga Tak Berani Keluar Rumah

“Warga enggak ada yang berani keluar rumah. Kami seperti ketakutan kalau ada kejadian lagi. Suasana saat itu sangat mencekam. Tapi, saya dengar pelakunya sudah tertangkap,” ucapnya.

Di sisi lain, Aliansi Perempuan Solo Anti Kekerasan menyebut sejumlah perempuan dan anak turut menjadi korban peristiwa kericuhan di Mertodranan, Solo.

Tolak Hasil Musran, Banteng Solo Bergerak Ngadu ke DPD & DPP PDIP

“Tercatat ada 16 perempuan dan enam anak balita dan remaja yang mengalami trauma psikologis pascaintimidasi,” kata Ketua Aliansi Perempuan Solo Anti Kekerasan, Nyai Hafidah, dalam rilis yang diterima Solopos.com, Senin (10/8/2020).

Nyai mengatakan aliansinya menolak tegas adanya kekerasan atas nama apa pun dan menuntut adanya tindakan pemulihan dari trauma yang diperlukan dari pemerintah. Hal itu sebagai bentuk perlindungan kepada perempuan dan anak

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya