Solopos.com, BREBES — Kasus ibu gorok tiga anak kandungnya di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, sedang menjadi sorotan. Kasus ini terjadi pada Minggu (20/3/2022).
Pelaku adalah Kanti Utami, seorang ibu muda berusia 35 tahun. Berikut lima fakta terkait kasus tersebut:
Promosi Jaga Keandalan Transaksi Nasabah, BRI Raih ISO 2230:2019 BCMS
Pelaku Introvert
Kapolsek Tonjong, AKP M Yusuf, menerangkan, pelaku ditangkap di lokasi kejadian di kamar bersama anak-anaknya yang bersimbah darah. Selama ini pelaku diketahui bekerja sebagai perias pengantin. Meski demikian, KU dikenal memiliki kepribadian yang tertutup, alias introvert. Sementara itu, suami KU, Akhmad Latif, beberapa tahun terakhir diketahui bekerja sebagai wiraswasta di Jakarta.
Baca juga: Tak Ingin Hidup Susah, Ibu di Brebes Gorok 3 Anak Kandung
Pelaku Emoh Dicap Gila
Ibu muda di Brebes yang tega gorok leher ketiga anak kandungnya itu menolak dianggap gila. Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, perempuan berusia 35 tahun itu dengan tegas membantah bahwa dirinya gila saat diwawancara di balik jeruji penjara.
Tertekan
Kanti Utami tampak tertekan. Tekanan itu disebabkan pekerjaan suaminya yang tidak jelas hingga membuat ekonomi keluarga amburadul.
“Saya enggak sanggup kalau kontraknya [pekerjaan suami] habis. Nganggur lagi. Saya mau menyelamatkan anak-anak biar engga hidup susash. Enggak dibentak-bentak. Gara-gara saya mereka hidup susah, mau tinggal di mana,” jelas ibu muda asal Brebes itu.
Baca juga: 5 Makanan Maknyus Khas Brebes: Kupat Glabed-Sate Blengong
Diancam Dibunuh
Ibu yang tega gorok anak kandungnya di Brebes itu pun membuat pengakuan mengejutkan. Dia mengaku sempat diancam akan dibunuh oleh seseorang yang bernama Amin, yang merupakan kakak suaminya.
“Saya nanti mau dibunuh sama Amin, saya enggak mau,” ujar pelaku.
Pengin Selamatkan Anak
Dalam video yang beredar di dunia maya, Kanti Utami menyebut perbuatan sadisnya itu dilakukan untuk menyelamatkan anak-anaknya. Meskipun cara tersebut membuat salah seorang anaknya meninggal dunia, sedangkan dua anak lainnya mengalami luka-luka cukup serius hingga harus dilarikan ke rumah sakit.
“Sebelum saya mati, saya cuma ingin menyelamatkan anak-anak, biar enggak dibentak-bentak,” ujar Kanti.