SOLOPOS.COM - Eks narapidana teroris Badai Rachman menceritakan pengalamannya di depan mahasiswa Udinus Semarang, pada Jumat (7/10/2022). (Ponco Wiyono-Solopos.com)

Solopos.com, SEMARANG – Stigma kalau teroris hanya muncul dari komunitas pesantren ditepis oleh eks narapidana teroris (napiter) Nur Afifudin. Menurur Nur berdasarkan pengalamannya, bibit-bibit radikalisme bisa muncul dari pelajar sekolah umum.

Bersama tiga orang lain sesama eks napiter, Nur Afifudin berbicara dalam kuliah umum Refreshing Kepemimpinan, Pencegahan Faham Radikalisme dan Terorisme Untuk Aktivitas Organisasi Kemahasiswaan Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), di Gedung E Kampus Udinus, Jl Imam Bonjol Kota Semarang pada Jumat (7/10/2022).

Promosi Kuliner Legend Sate Klathak Pak Pong Yogyakarta Kian Moncer Berkat KUR BRI

“Sejak kecil saya menaruh minat pada agama. Maka setelah saya dibebaskan saya menyoroti masalah rekruitmen dan mendirikan Yayasan Persada. Sejauh ini sudah 28 orang yang saya urusi, mulai dari penangkapan, pembebasan, menciptakan kondusivitas agar tidak mengulangi sampai mengondisikan agar mereka mandiri secara ekonomi,” beber Nur pada kesempatan itu.

Sementara itu, eks napiter lain Badawi Rachman mengungkapkan, mulanya ia bergabung dengan kelompok radikal lantaran saat itu ia tidak mendapat cukup wawasan tentang kehidupan bernegara. “Dulu saya dibuat resah sama isu penyebaran agama lain, termasuk perang saudara di Poso dan Ambon. Masa itu sangat mungkin sekali terpapar virus radikal karena minimnya informasi,” jelas Badawi yang di organisasinya dulu bertugas merakit senjata.

Baca Juga: Long Weekend, Ini Rekomendasi Tempat Wisata Keluarga di Semarang

Dalam kegiatan tersebut, hadir pula Serka Purnomo dari Mapolrestabes Semarang. Sementara dua eks napiter lain adalah Hadi Masykur dan Sri Pujimulyo Siswanto.

Kepada para hadirin yang didominasi oleh para mahasiswa baru, Hadi yang biasa disebut Hamas menyampaikan, rida orang tua sangat berperan besar dalam perubahan hidupnya dari teroris buron menjadi warga negara yang taat hukum.

“Begitu saya yakin akan tertangkap saya berterus terang kepada ibu. Saat ssya dijemput saya tidak diborgol atau ditutup mata, mudah sekali prosesnya. Saya yakin itu berkat doa ibu saya,” kata Hamas.

Baca Juga: Masa Kejayaan Hotel Dibya Puri Semarang, Langganan Para Artis hingga Menteri

Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Udinus, Kusni Ingsih, dalam kesempatan itu menambahkan, kuliah umum diberikan kepada mahasiswa baru sebagai bekal soft skill untuk menjadi pemimpin bangsa di masa depan. “Jadi ini adalah tukar pendapat dari eks napiter yang pernah menjadi radikial kemudian mencintai NKRI lagi,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya