SOLOPOS.COM - Seorang warga di lokasi yang di-lockdown di wilayah Desa Jetis, Sambirejo, Sragen, beraktivitas memberi pakan terkan sapi di dukuh setempat, Minggu (2/5/2021). ( Istimewa/Widodo Jetis)

Solopos.com, SRAGEN—Sebanyak 38 orang yang terpapar Covid-19 dalam klaster layatan di wilayah Desa Jetis, Kecamatan Sambirejo, Sragen, menolak untuk dikarantina di Technopark.

Puluhan warga tersebut memilih tetap dikarantina di rumah masing-masing karena ada tanggungan hewan ternak dan sawah. Untuk pengawasan mereka, sukarelawan warga menjadikan rumah ketua RT 007 sebagai pos komando (posko) kesehatan dan Jogo Tonggo selama masa lockdown 10 hari terhitung Rabu (28/4/2021) lalu.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen dr. Hargiyanto saat dihubungi Solopos.com, Minggu (2/5/2021), mengatakan DKK Sragen mengoptimalkan pelayanan kesehatan di lingkungan dua rukun tetangga (RT) yang lockdown karena ditemukan 38 orang terpapar Covid-19 dan satu orang meninggal dunia yang juga terkonfirmasi positif Covid-19.

Baca Juga: Ustaz Meninggal Positif Covid-19, Sebuah Masjid di Sragen Lockdown

Dia menerangkan optimalisasi pelayanan kesehatan itu dilakukan dalam bentuk posko kesehatan untuk mendukung Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro di wilayah Desa Jetis.

“Para warga yang terpapar Covid-19 itu tidak mau diisolasi mandiri di Technopark Sragen karena mereka memiliki tanggungan hewan ternak dan kebun atau sawah. Mereka isolasi mandiri di lingkungan masing-masing tetapi sudah terpisah dengan warga yang negatif. Yang positif dijadikan satu tempat. Pengawasannya dilakukan oleh RT karena ada Posko Covid-19 di tingkat RT,” ujarnya.

Hargiyanto mengatakan tenaga kesehatan dari Puskesmas Sambirejo juga ditugaskan membantu bidan Desa Jetis dalam pengawasan kesehatan 38 warga yang terpapar Covid-19 itu.

Baca Juga: COD Ciu Gedang Klutuk, 2 Mahasiswa Diciduk Tim Sparta Polresta Solo

Sukarelawan

Dia menyebut dari puskesmas ada 2-3 orang yang membantu tetapi peran tenaga kesehatan ini tidak bisa penuh. Untuk kebutuhan obat-obatan, ujar dia, sudah dioptimalkan untuk kewaspadaan.

Seorang sukarelawan Posko Penanganan Covid-19 tingkat RT, Widodo, menerangkan posko kesehatan itu ada di rumah Ketua RT 007 karena lokasinya ada di tengah dukuh sehingga jangkuan untuk 48 keluarga lebih mudah. Dia mengatakan di posko itu semua warga yang longgar bisa menjadi sukarelawan.

Sampai Minggu siang, kata dia, aktivitas warga berjalan seperti biasa tetapi tidak boleh keluar lingkungan dukuh.

Baca Juga: Tak Pakai Masker Saat Ngabuburit, 17 Warga Sragen Dihukum Push Up

“Ya, ada yang berjemur. Ada yang mencari rumput. Ada yang mengurus ternak dan seterusnya. Sukarelawan juga bergerak memantau warga untuk mengecek suhu badan dan menyemprotkan hand sanitizer serta disinfektan. Selama beraktivitas, semua warga memakai masker. Warga yang positif Covid-19 memang tidak mau dikarantina di Technopark karena sudah tua-tua dan ada tanggungan ternak,” ujar Widodo.

Widodo berharap petugas kesehatan bisa memeriksa kesehatan 38 orang yang terpapar Covid-19 itu secara berkala. Widodo kebetulan hasil swab test-nya negatif karena sebelumnya pernah divaksin.

Widodo mengaku sukarelawan kekurangan baju hazmat yang digunakan untuk mengecek warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 dan saat melakukan penyemprotan disinfektan keliling kampung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya