SOLOPOS.COM - Surip, 71, warga Desa Wonoboyo, Kecamatan Jogonalan salah satu penggali tanah yang menemukan artefak emas kuno di Wonoboyo pada 1990. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Kisah penemuan harta karun kuno berupa perhiasan emas pernah menggemparkan wilayah Desa Wonoboyo, Kecamatan Jogonalan 32 tahun silam. Penemuan artefak-artefak itu disebut sebagai temuan maha karya terbesar sepanjang sejarah Indonesia.

Ada enam warga yang menemukan artefak-artefak kuno tersebut. Salah satu di antaranya adalah Surip, 71. Perhiasan itu ditemukan di area persawahan milik warga Wonoboyo pada Oktober 1990.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Surip menceritakan artefak itu ditemukan saat dia bersama lima orang lainnya menggali tanah di salah satu sawah milik warga setempat bernama Ny. Cipto. Tanah yang digali kemudian digunakan untuk uruk.

Saat itu, penggalian dilakukan di bawah terik matahari saat tengah hari. Tiba-tiba, salah satu cangkul mengenai benda keras setelah tanah digali sedalam 3 meter. Penggalian terus dilakukan dan ternyata benda itu berupa guci. Setelah dibuka, guci berisi perhiasan.

Temuan itu membikin gempar. Warga dari berbagai daerah berdatangan. Perhiasan yang ditemukan kemudian dikumpulkan di kantor desa sebelum dibawa ke Museum Nasional.

Baca Juga: Situs Wonoboyo Klaten Bikin Jalan Tol Solo-Jogja Melayang Sepanjang 80 Meter

“Banyak yang datang. Suasananya sangat ramai. Seperti orang tamasya,” kata Surip saat ditemui di rumahnya, Rabu (2/11/2022).

Arkeolog berdatangan ke Wonoboyo meneliti kawasan sekitar penemuan artefak kuno. Tak hanya arkeolog, mendadak lahan milik Ny. Cipto ramai didatangi warga dari berbagai daerah yang ingin mencari peruntungan dengan berburu harta harta karun. Mereka membawa dupa.

“Mereka membawa dupa lidi yang dibakar itu. Setiap malam ramai orang. Ada yang masuk kubangan-kubangan. Tetapi tidak menemukan apa-apa,” kata Surip.

Selang beberapa bulan pada 1991, Surip bersama lima penemu artefak kuno lainnya asal Wonoboyo diundang Presiden Soeharto di Candi Prambanan. Keenam orang itu termasuk pemilik lahan mendapatkan tali asih dari Presiden Soeharto sebagai bentuk apresiasi atas penemuan harta karun kuno.

Baca Juga: Emoh Beli Mobil, OKB Dampak Tol di Wonoboyo Klaten Pilih Sawah dan Daftar Haji

Apresiasi itu berupa uang. Soal nominal yang diterima, Surip mengatakan tak begitu mengingat. Seingatnya, pemilik lahan saat itu menerima uang sekitar Rp250 juta. Sementara, para penggali tanah uruk mendapatkan uang yang kemudian dibagi.

Sebagian digunakan menggelar pentas hiburan, salah satunya ketoprak. Surip yang hingga kini masih menjadi seniman ketoprak ikut tampil saat itu.

Soal nominal yang diterima masing-masing penggali tanah uruk, seingat Surip uang paling banyak yang diterima penggali tanah uruk itu sekitar Rp35 juta. Disinggung penggunaan uang yang dia terima, Surip memilih menggunakan sebagian uang membeli sawah.

Ditambah dengan hasil menjual sekitar enam sapi, Surip membeli sawah seluas setengah hektare yang hingga kini masih dia manfaatkan untuk bercocok tanam.

Baca Juga: Letusan Gunung Merapi Kubur Peradaban Situs Wonoboyo

“Kalau rumah ini sudah lama. Sudah ada sejak sebelum ditemukan itu. Kondisinya sejak dulu ya seperti ini,” kata Surip sembari menunjukkan rumahnya yang berupa bangunan kuno dan berada di tengah perkampungan.

Sementara itu, lahan yang dulunya menjadi tempat penemuan harta karun hingga kini masih digunakan bercocok tanam. Lahan itu termasuk salah satu lahan yang bakal diterjang jalan tol Solo-Jogja.

Pelaksana proyek memastikan kawasan situs Wonoboyo tak bakal diubah-ubah. Konstruksi jalan tol yang melewati kawasan situs bakal dibuat berupa jalan layang.

Terkait kisah-kisah unik sebelum penemuan, Surip mengatakan kala itu sebelumnya ada warga yang bercerita jika bermimpi menemukan jenazah. Satu di depan rumah Surip dan satu lagi di depan rumah warga lainnya.

Baca Juga: Harta Karun Wonoboyo Klaten, Temuan Timbunan Emas Terbesar Indonesia

Waktu itu, tetangga Surip bercerita bahwa dia bakal menerima rezeki. Selang beberapa hari, Surip bersama teman-temannya para penggali tanah uruk menemukan harta karun.

Kepala Desa (Kades) Wonoboyo, Supardiyono, menjelaskan jenis artefak perhiasan kuno yang ditemukan di situs Wonoboyo beragam dan saat ini disimpan di Museum Nasional. Supardiyono yang pernah mendatangi Museum Nasional menceritakan saking banyaknya, salah satu lantai museum seluruhnya berisi temuan Wonoboyo.

“Paling berat itu temuan mata uang emas yang jumlahnya ada 17.600 keping. Total beratnya sekitar 17 kilogram,” ungkap dia.



Jumlah total berat perhiasan kuno yang ditemukan di situs Wonoboyo diperkirakan mencapai 30 kilogram. Hal itu berdasarkan kumpulan makalah berjudul Temu Evaluasi Penelitian Wonoboyo oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Balai Arkeologi Yogyakarta bekerja sama dengan Pemkab Klaten pada 1992.

Baca Juga: Kisah Temuan Harta Karun Majapahit di Trowulan

Timbul Haryono dalam tulisannya menjelaskan temuan sekitar 30 kilogram itu tak hanya menakjubkan dari sisi jumlah barang. Dari temuan itu juga terungkap informasi baru terkait beberapa aspek budaya masyarakat Jawa kuno, yakni aspek teknologi dan aspek sosiologi dalam pengertian khusus.

Dalam tulisan itu, artefak yang ditemukan dalam tiga klasifikasi yakni benda-benda wadah, perhiasan, dan mata uang. Barang-barang emas Wonoboyo diperkirakan berasal dari abad IX atau awal abad X.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya