SOLOPOS.COM - Suroto, pria Magelang yang mengurung diri di kamar selama 10 tahun terakhir. (Detik.com)

Solopos.com, MAGELANG – Kondisi Suroto, 40, pria Magelang yang kurung diri di kamar selama 10 tahun sejak erupsi Merapi 2010 lalu amat memprihatinkan. Warga Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, itu menghabiskan waktunya berbaring di kamar.

Sehari-hari, Suroto hanya berdiam diri di kamar yang bersebelahan dengan dapur rumahnya. Dia hanya mengenakan sarung sambil berbaring di dipan beralaskan tikar.

Promosi Program Klasterkuhidupku BRI Bikin Usaha Telur Asin di Lamongan Tambah Sukses

Jika ada yang menjenguk, Suroto menutupi wajahnya dengan tikar maupun sarung. Rambut gimbal yang tidak pernah dikeramasi itu dijadikan bantal saat tidur.

Sebelumnya Suroto hidup normal. Namun sejak erupsi Merapi pada 2010 silam, kehidupannya berubah.

Nemu Benda Mirip Jenglot, Warga Mondokan Sragen Alami Kejadian Mistis? 

Kurung Diri

Pria Magelang itu memilih kurung diri di kamar dengan posisi berbaring. Jatah makan yang diberikan ibunya sekitar 3-4 hari sekali tidak dimakan.

“Suroto ini dulunya normal seperti pada orang pada umumnya. Dia termasuk orang yang mempunyai semangat hidup. Semangat bekerja,” terang saudara Suroto, Sujono, seperti dikutip dari Detik.com, Sabtu (4/7/2020).

Melihat kondisi saudaranya yang memprihatinkan, Sujono lantas menghubungi Ardian Kurniawan Santoso, anggota Masyarakat Relawan Indonesia. Dia menyampaikan masalah pria Magelang yang kurung diri di kamar selama 10 tahun terakhir itu.

Pada Rabu (1/7/2020) Ardian datang ke rumah Suroto untuk menjenguk. Dia juga memotong rambut Suroto serta memandikannya.

"Setelah Mas Ardian datang terus memotong rambutnya. Pikiran saya hanya nengok saja, ternyata langsung dimandikan dan ternyata yang bersangkutan mau, tidak marah. Kemudian semuanya diganti dan disalini dari alasnya, sarung, sudah pakai baju, celana. Kemarin-kemarin, cuma pakai baju sama sarung," tuturnya.

Kementan RI Bikin Kalung Anti-Corona, Apa Fungsinya? 

Kondisi Suroto

Saat kali pertama bertemu, Ardian merasa iba melihat kondisi Suroto. Tubuhnya terlihat kumuh dengan rambut gimbal, kuku panjang, dan bau menyengat lantaran tidak pernah mandi.

"Rasa iba, rasa kemanusiaan tumbuh, jadi serentak hari itu [Rabu] juga saya bersihkan. Saya mandikan sama Mas Sujono. Susah sekali untuk membangunkan dan ada perasaan waswas juga, 'jangan-jangan kalau bangun nanti ngamuk,’ enggak seperti yang saya bayangkan malah nurut, tapi memejamkan mata, tapi bisa jalan dengan dipapah," ujar Ardian.

Ardian memandikan Suroto dengan air hangat. Sebelumnya dia memotong kuku Suroto setelah direndam terlebih dahulu.

"Saya mandikan dengan air hangat biar nggak kaget. Kuku, saya rendam pakai air dulu biar bisa dipotong soalnya keras. Kuku tangan dan kaki, tapi lebih panjang kuku kakinya," tuturnya.

Sejarah Bakso Wonogiri hingga Moncer ke Pelosok Negeri

Kini, kondisi Suroto Magelang yang telah 10 tahun kurung diri di kamar sudah membaik. Dia tidak menutupi wajahnya lagi dengan tikar dan sarung ketika dijenguk orang.

"Sekarang sudah kayak layaknya manusia juga. Kalau tidur normal, dulunya dijenguk orang menutup diri dengan sarung dan tikarnya. Kalau nggak sekarang nggak, cuman kalau diajak ngomong seraya nggak bisa dan meneteskan air mata," terang Ardian.

Ardian menambahkan, kondisi kejiwaan Suroto sebenarnya normal. Dia hanya mengalami depresi berat sehingga nekat mengurung diri.

"Kalau secara kondisi kejiwaan normal. Dia dikatakan gila nggak, dia depresi, stres, cukup berat, mengurung diri, dia nggak mau berinteraksi dengan dunia luar, takut dan malu," katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya