SOLOPOS.COM - Varian Delta disebut lebih menular. (Ilustrasi/Freepik)

Solopos.com, SOLO — Sebanyak 1.001 warga Solo terkonfirmasi positif Covid-19 dalam kurun waktu dua pekan terakhir sejak Rabu (9/6/2021) hingga Rabu (23/6/2021). Dari jumlah itu, 33 orang di antaranya meninggal dunia.

Kumulatif kasus positif Covid-19 hingga Rabu tercatat sudah mencapai 12.463 dengan kasus aktif 966 orang. Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih, mengakui penambahan kasus itu cukup tinggi dan lebih parah dibandingkan lonjakan kasus pada Januari lalu.

Promosi Pegadaian Area Surabaya 2 Gelar Festival Ramadan 2024 di 2 Lokasi

“Kalau melihat angkanya seperti ini, artinya pasien-pasien yang dirawat gejalanya berat. Nah, kalau rumah sakit sudah penuh, bagaimana mereka bisa dirawat? Karena itu kami fokus menggarap hulu. Kalau enggak digarap, RS benar-benar jebol,” katanya kepada wartawan, Kamis (24/6/2021) siang.

Baca Juga: 1 Karyawan Meninggal, ISI Solo Batasi Aktivitas Kampus 2 Pekan

Ning, panggilan akrabnya, menyebut tingginya angka kematian warga Solo yang terkonfirmasi positif Covid-19 tersebut didominasi oleh warga pralansia dan lansia usia 50 tahun ke atas.

Hal itu dikarenakan mereka memiliki faktor pemberat yakni komorbid atau penyakit penyerta. Kategori itulah yang digarap program vaksinasi selama dua bulan terakhir.

Mempercepat Capaian Vaksinasi

Dengan begitu apabila tertular virus Corona jenis baru itu, mereka hanya bergejala ringan atau sedang. Pemkot menggandeng sejumlah pihak seperti Indosat Ooredoo dan Halodoc untuk mempercepat capaian vaksinasi.

Baca Juga: Polisi Sita Batu Pemukul Nisan Sebagai Barang Bukti Kasus Perusakan Makam Mojo Solo

Jejaring lain juga terus dimanfaatkan agar kekebalan komunitas tercapai secepatnya. “Mereka merekrut tenaga dan menyediakan operasional. Kami mengatur jadwal. Intinya kalau pralansia dan lansia sudah divaksin, kami bisa menekan angka kematian juga,” imbuhnya.

Sementara itu, lonjakan jumlah warga Solo yang terkonfirmasi positif Covid-19 didominasi klaster keluarga yang tak jarang menular pada anak.

Dari 12.000-an kasus secara kumulatif, 5%-10% di antaranya disumbang kalangan anak-anak. “Kebanyakan anak itu malah isolasi mandiri. Yang sampai dirawat itu sedikit,” katanya.

Baca Juga: Kepala Daerah Soloraya Rapat Penanggulangan Covid-19 di Solo

Tingginya jumlah warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 tak hanya terjadi di Solo tapi juga daerah lain di Soloraya. Sebagian pasien asal daerah itu dikirim ke Solo, meski terkadang tidak melalui prosedur yang benar.

Tingkat Keterisian Tempat Tidur Isolasi Covid-19

Alhasil, beberapa pasien tidak mendapatkan ruang isolasi dan harus menunggu. Wali Kota Solo, GIbran Rakabuming Raka, mengatakan tak ada penolakan pasien di rumah sakit (RS).

Namun tingkat keterisian tempat tidur isolasi Covid-19 memang tinggi. “Kadang ada pasien yang gejalanya sudah berat, tapi diantar keluarganya pakai mobil pribadi. Itu kan enggak boleh,” ucapnya.

Baca Juga: Kasus Perusakan Makam di Mojo Solo Berlanjut, 23 Saksi Diperiksa Polisi

Hal itu membuat RS yang tidak mendapatkan pemberitahuan atau rujukan sebelumnya merasa kewalahan. Seharusnya, menurut Gibran, data pasien diinput dulu lewat aplikasi dulu sehingga bisa diantisipasi kedatangannya.

“Yang jelas, Solo tidak pernah menolak pasien dari luar. Kami siapkan memang dari dulu dari awal cover sebagian besar pasien dari luar semua. Asal sesuai prosedur, kami akan mencarikan ruang kosong. Nah, yang diantar keluarga pakai mobil pribadi kan tentu susah karena sebenarnya pasien itu enggak boleh bersentuhan dengan yang lain,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya