SOLOPOS.COM - Adik tiri Bupati Sragen Untung Wina Sukowati memasang baliho berukuran jumbo di dekat simpang tiga Pingkruk, Sidoharjo, Sragen, Rabu (17/4/2024). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SOLO – Atmosfer politik Kabupaten Sragen menghangat. Belasan baliho bergambar perempuan mengundang penasaran. Masyarakat bertanya-tanya karena dalam baliho ucapan Hari Kartini itu tertulis “Untung Wina Sukowati.”

Ini nama yang identik dengan Bupati Sragen saat ini, Kusdinar Untung Yuni Sukowati. Publik Bumi Sukowati menduga-duga pemasangan baliho tersebut beraroma politis. Pemilihan kepala daerah (pilkada) Kabupaten Sragen bakal digelar tidak lama lagi,  27 November 2024, bersamaan pilkada di banyak daerah lain.

Promosi Santri Tewas Bukan Sepele, Negara Belum Hadir di Pesantren

Baliho itu mulai menghangatkan suhu politik Kabupaten Sragen yang sebelumnya adem ayem, seperti pada mayoritas pilkada lainnya. Dugaan masyarakat Kabupaten Sragen tidak meleset. Pada Senin (22/4/2024), Untung Wina Sukowati mendaftarkan diri sebagai calon bupati Sragen.

Ia mendaftarkan diri di Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat Kabupaten  Sragen, satu-satunya partai politik di kabupaten ini yang membuka pendaftaran calon kepala daerah dan calon wakil kepala daerah.

Wina menjawab penasaran warga Kabupaten Sragen dengan mengisi formulir pendaftaran calon bupati Sragen. Dalam konferensi pers, Wina yang merupakan saudara seayah beda ibu dengan Bupati Yuni menyatakan tekad membangun Bumi Sukowati.

Meski tidak lahir dan tinggal di Kabupaten Sragen, lulusan Bachelor of Psychology Management/Marketing dari Monash University di Melbourne, Australia dan Master of Arts di University of the Arts London, Inggris, itu sangat mencitai tanah leluhurnya dan selalu rutin mengunjungi kabupaten ini.

Langkah Wina itu memang baru awal. Dia harus membangun komunikasi politik dengan partai politik lainnya untuk menjalin koalisi karena Partai Demokrat tidak bisa mengusung calon bupati sendirian.

Hanya PDIP partai politik di Kabupaten Sragen yang bisa mengusung calon bupati sendiri karena memiliki 15 kursi DPRD Kabupaten Sragen. Dari komposisi partai politik di DPRD Kabupaten Sragen, sebenarnya bisa lahir tiga hingga empat pasangan calon bupati dan calon wakil bupati.

Berbagai masalah, terutama biaya politik yang mahal, mulai dari biaya pencalonan, sumbangan dana kampanye, hingga biaya operasional kampanye lainnya, menyulitkan kandidat yang tidak disokong sumber dana kuat.

Atas dasar ini, pilkada Kabupaten Sragen kemungkinan hanya  menjadi panggung pertarungan dua sosok bersaudara, Untung Wina Sukowati dan Untung Wibowo Sukowati. Untung adalah adik kandung Bupati Yuni.

Untung Wibowo Sukowati yang akrab disapa Bowo kemungkinan besar diusung oleh PDIP sebagai “petahana” yang berusaha mempertahankan kursi kepemimpinan di Kabupaten Sragen. Saat ini Bowo yang juga Ketua DPC PDIP Kabupaten Sragen masih menunggu restu dari orang tua dan keluarga sebelum mendaftarkan sebagai calon bupati dari PDIP.

Kemunculan Wina sebagai calon alternatif tentu menarik perhatian publik. Wina dianggap memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman lebih mumpuni dibandingkan Bowo. Wina akan berusaha menawarkan gagasan-gagasan baru untuk memajukan Kabupaten Sragen.

Bowo akan bertarung untuk mempertahankan kepemimpinan kakaknya dengan segala kelebihan dan kekurangan selama ini. Kehadiran Wina dan Bowo dalam kontestasi pilkada Kabupaten Sragen kali ini seakan-akan menegaskan dinasti Untung Wiyono masih memiliki pengaruh yang kuat di daerah ini.

Keduanya diprediksi membawa nama besar Untung Wiyono di Kabupaten Sragen untuk kepentingan popularitas dan meningkatkan elektabilitas. Agak mengejutkan penuturan Wina saat jumpa pers.

Meski sama-sama memiliki singkatan nama UWS dan dari keluarga Untung Wiyono, ia menyebut berbeda antara Wina dan Bowo. Bowo dan Yuni selama ini memang dikader keluarga besarnya terjun dalam dunia politik, Wina harus berjuang sendirian dari luar Kabupaten Sragen.

Dia mendeklarasikan tidak membawa-bawa nama bapaknya saat memutuskan maju dalam kontestasi di pilkada Kabupaten Sragen. Dia mengaku tidak meminta restu Untung Wiyono ketika kembali ke Kabupaten Sragen untuk mencoba peruntungan politik.

Masyarakat Kabupaten Sragen tentu berharap kontestasi ini berlangsung sportif, mengedepankan visi, misi, dan program-program yang berpihak pada kepentingan rakyat.

Para kandidat dan tim kampanye harus mengedepankan kampanye positif yang menyampaikan visi, misi, program kerja, dan track record secara jujur dan konstruktif tanpa menyerang atau menjatuhkan lawan politik.

Kontestasi pilkada harus bebas dari praktik politik uang, intimidasi, serta isu-isu yang dapat memecah belah dengan membawa sentimen suku, agama, ras, dan antargolongan.

Proses yang sportif, berintegritas, dan substantif bisa mendorong partisipasi pemilih yang masif karena masyarakat merasa suara mereka bermakna dalam menentukan kepemimpinan di daerah.

Pertarungan antara Wina dan Bowo sudah pasti akan menjadi sorotan publik, tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga di tataran nasional.

Masyarakat akan menyaksikan bagaimana “perang saudara” di Bumi Sukowati ini akan berlangsung dan harapan yang mengemuka adalah mereka memberikan dampak positif bagi kemajuan Kabupaten Sragen pada masa depan.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 27 April 2024. Penulis adalah jurnalis Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya