Jogja
Kamis, 19 Januari 2017 - 08:20 WIB

Wayang Kulit Sonobudoyo Dinilai Unik, Tim Diundang Pentas Sekaligus Umroh

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pertunjukan wayang kulit. (JIBI/Bisnis Indonesia/Dwi Prasetya)

Wayang kulit Sonobudoyo mendapat undangan dari King Abul Aziz University.

Harianjogja.com, JOGJA — Kelompok seniman wayang kulit Museum Sonobudoyo tampil di King Abdul Aziz University, Jeddah, Arab Saudi pekan ini. Sepuluh seniman yang seluruhnya telah lanjut usia mengukir sejarah pertamakali memasukkan pagelaran wayang di tanah Arab.

Advertisement

Baca Juga : Wayang Kulit Sonobudoyo Tampil di Arab Saudihttp://www.solopos.com/2017/01/18/wayang-kulit-sonobudoyo-tampil-di-arab-saudi-785778

Kepala Dinas Kebudayaan DIY Umar Priyono mengatakan masuknya Wayang Kulit ke Arab Saudi itu berawal dari kisah kunjungan tim Dosen S-2 universitas tersebut saat berkunjung ke Museum Sonobudoyo pada 2016. Setelah melakukan komunikasi dengan Dinas Kebudayaan, akademisi itu terheran-heran akan keberadaan wayang kulit di Jogja. Satu hal yang paling membuat mereka terkagum adalah para seniman wayang itu sudah lanjut usia alias berusia di atas 60 tahun. Mereka berpikir DIY memiliki perhatian besar terhadap para seniman, bahkan di usia lanjut sekalipun masih mampu berkarya seni.

“Sepuluh orang dari Sonobudoyo semua, menurut mereka unik karena dalangnya tua, sindennya tua. Semuanya yang berangkat ke sana semua sudah tua,” kata dia, Rabu (18/1/2017)

Advertisement

Ketertarikan akademisi Arab Saudi sangat terasa, kata Umar, pada Gladi Bersih kemarin, para seniman yang muslim langsung diantar untuk melaksanakan ibadah Umroh juga ditanggung oleh pihak Arab Saudi. Sepuluh seniman itu tampil beberapa kali dan puncaknya pada Kamis (19/1/2017) hari ini.

Adapun lakon yang dibawakan dalam pementasan itu adalah Bimo Kurdo. Setiap para seniman tampil dengan durasi waktu sekitar 45 menit, berbeda dengan pagelaran wayang kulit di Indonesia yang mencapai dua jam. Rencananya wayang yang dimainkan di pagelaran tersebut akan ditinggal di Arab Saudi sebagai kenang-kenangan.

Asisten Sekda Bidang Ekonomi Pembangunan Setda DIY Gatot Saptadi menyatakan kekagumannya akan respon Arab Saudi yang bisa menerima seni wayang kulit dari Jogja. Meski sebenarnya seni wayang itu berawal dari latar belakang bukan muslim.

Advertisement

“Dengan penampilan ini tentu akan berdampak pada sisi ekonomi dan kepariwisataan di Jogja. Kami kagum sekali, karena Arab bisa menerima kesenian wayang kulit ini, yang secara kultur sudah berbeda,” kata dia

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif