News
Selasa, 3 November 2015 - 20:30 WIB

CUACA EKSTREM : Cuaca Solo Sangat Panas, Inilah Penyebabnya

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kabut asap tipis menyelimuti udara kota Solo dilihat dari atap Solo Grand Mall. Jumat (23/10/2015). Kabut asap tersebut diduga berasal dari kebakaran hutan di gunung Lawu di kawasan Cemorosewu, Magetan. Jatim. (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Cuaca ekstrem terasa di Kota Solo yang sangat panas dalam beberapa pekan terakhir.

Solopos.com, SOLO — Warga Kota Solo merasakan cuaca panas akhir-akhir ini. Perubahan cuaca tersebut disebabkan akumulasi beberapa hal di antaranya El Nino, letak geografis Solo yang berada di cekungan, kebakaran hutan yang selama ini dijadikan tumpuan paru-paru kota, serta posisi matahari yang tegak lurus.

Advertisement

Warga yang tinggal di Kampung Sidorejo RT 001/RW 001, Kelurahan Mangkubumen, Kecamatan Banjarsari, Suparman, 64, merasakan gerah sepanjang hari. “Kipas angin di rumah hampir setiap hari tidak pernah mati. Setiap pukul 12.00 WIB-15.00 WIB rasanya paling panas,” keluhnya saat ditemui Solopos.com, Selasa (3/11/2015) siang. Baca: Matahari Tepat di Atas Pulau Jawa.

Warga lain yang tinggal di Kampung Purwonegaran RT 005/RW 003, Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Laweyan, Sukinem, 55, merasakan hal serupa. “Pagi, siang, sore, malam, panas terus. Pukul 06.00 WIB pagi saja sudah mulai gerah. Biasanya November sudah mulai hujan, tapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda musim hujan tiba,” katanya secara terpisah.

Kegelisahan yang dirasakan warga beralasan. Informasi yang dirilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan El Nino atau gejala penyimpangan kondisi laut yang ditandai dengan peningkatan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik tengah melanda Indonesia. Kondisi ini membawa dampak kekeringan di beberapa daerah di Indonesia, termasuk Jawa.

Advertisement

Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Lingkungan Hidup Indonesia (IALHI), Prabang Setyono, mengutarakan saat ini suhu di Kota Solo meningkat dua derajat dibandingkan waktu yang sama tahun sebelumnya. “Hasil catatan saya menunjukkan kenaikan dua digit. Saat ini sampai 35 derajat celcius. Penyebabnya akumulatif,” terangnya.

Lebih lanjut Prabang mengemukakan salah satu penyebab cuaca panas belakangan tak luput dari fenomena alam El Nino yang melanda berbagai wilayah. “El Nino memang kuasa alam yang tidak bisa dielakkan. Selain itu kelembaban tanah saat ini berkurang drastis. Penguapan udara yang berlebihan ini membuat warga rasanya sering merasa gerah,” jelasnya.

Selain itu, sambungnya, panasnya cuaca Kota Bengawan selama beberapa bulan terakhir juga diperparah posisi geografis Solo yang berada di cekungan. “Solo posisinya berada di cekungan. Padahal saat ini kepadatan lalu lintas dan polusi semakin tinggi. Luasan ruang terbuka hijau di Solo masih berjuang di angka 12% menuju 13%. Tingginya karbondioksida dan rendahnya sumbangan oksigen membuat kota ini makin panas,” katanya.

Advertisement

Disinggung soal kebakaran hutan yang melanda gunung di seputaran Solo, Prabang mengatakan hal tersebut secara tidak langsung berkontribusi menyumbang naiknya suhu di Kota Solo. ”Saya kira sangat kontributif. RTH Solo masih kurang dari target. Selama ini Solo mengandalkan sumbangan oksigen dari hutan-hutan di Gunung Lawu dan Merapi. Saat terbakar, tentu pasokan oksigen berkurang,” bebernya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif