Lifestyle
Minggu, 21 Desember 2014 - 22:41 WIB

TAKSI BANDARA SOLO : Monopoli Taksi di Bandara Adi Soemarmo Rugikan Konsumen!

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bus Batik Solo Trans (BST) di Bandara Adi Soemarmo (JIBI/Solopos/Dok)

Solopos.com, BOYOLALI — Praktik monopoli yang dilakukan Taksi Angkasa di Bandara Adi Soemarmo Solo di Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah berdampak merugikan konsumen. Warga seakan-akan dipaksa hanya menggunakan Taksi Angkasa bila hendak pergi dari bandara itu.

Armada taksi lain yang masuk kawasan bandara dikutip bayaran oleh pihak pengelola Taksi Angkasa. Biaya itu biasanya dibebankan sopir taksi kepada penumpang, sehingga ujung-ujungnya konsumenlah yang dirugikan oleh persaingan usaha tak fair itu.

Advertisement

Simak saja kisah Rezi, seorang pekerja swasta di Kota Solo yang awal Desember lalu terbang dari Jakarta. Kala ia tiba di Bandara Adi Soemarmo, Ngemplak, Boyolali, jam menunjukkan pukul 17.30 WIB. Langit mulai gelap.

Lelaki yang bekerja di sebuah perusahaan swasta di Solo itu lalu mencari angkutan yang bisa mengantarkan pulang ke rumahnya di Dukuh Bendungan, Desa Pabelan, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo. Di bandara yang landasannya merupakan aset TNI Angkatan Udara (AU) itu tak tersedia cukup banyak alternatif moda transportasi. Pilihannya hanya dua, menyewa jasa Taksi Angkasa atau Bus Batik Solo Trans (BST).

Advertisement

Lelaki yang bekerja di sebuah perusahaan swasta di Solo itu lalu mencari angkutan yang bisa mengantarkan pulang ke rumahnya di Dukuh Bendungan, Desa Pabelan, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo. Di bandara yang landasannya merupakan aset TNI Angkatan Udara (AU) itu tak tersedia cukup banyak alternatif moda transportasi. Pilihannya hanya dua, menyewa jasa Taksi Angkasa atau Bus Batik Solo Trans (BST).

Jika menggunakan BST, Rezi tak bisa sampai tepat di depan rumahnya. Sementara, jika ia menggunakan Taksi Angkasa, ongkos yang harus ia keluarkan dari kantong tak bisa dibilang hemat.

Ia kemudian memutuskan menelepon operator taksi di Solo yang selama ini menjadi langganannya. Selanjutnya, ia menunggu di dekat pintu pemberangkatan, menjauh dari barisan Taksi Angkasa yang sedang antre menunggu giliran mengantarkan penumpang.

Advertisement

Dikutip Rp10.000
Ketika taksi itu melewati barisan Taksi Angkasa yang berkelir putih dengan corak garis biru yang diparkir di sisi selatan jalan di depan bangunan terminal bandara, seorang sopir Taksi Angkasa mencegat. Sopir Taksi Angkasa itu lalu mengarahkan telunjuknya ke counter Taksi Angkasa di samping pintu kedatangan domestik.

Sopir taksi dan Rezi lalu turun dan menuju counter yang dimaksud. Di counter itu, Rezi diminta membayar Rp10.000.

Rezi yang sadar situasi tak banyak berkomentar. Ia membayar sesuai permintaan dan mendapatkan semacam kuitansi berwarna biru. Nama taksi yang dipesan Rezi lengkap dengan nomor lambung taksi dicantumkan dalam kuitansi itu. Keduanya lalu pergi.

Advertisement

”Kok aneh ya? Ada sopir main setop orang? Memangnya dia itu siapa? Menyetopnya juga pakai melotot. Kalau ada sopir taksi menyetop sopir taksi lain itu kan namanya tidak menghargai orang lain. Saya sering dapat cerita semacam itu dari teman-teman saya, tapi baru kali itu saya mengalami langsung,” ujar Rezi saat ditemui Solopos.com di kantornya, Rabu (17/12/2014) siang.

Rezi juga mengeluhkan pembayaran Rp10.000 yang harus ia serahkan kepada Taksi Angkasa. Pembayaran itu ia anggap tidak logis karena ia tak menggunakan jasa taksi tersebut.

Ia juga menilai area memangkal Taksi Angkasa yang memenuhi jalan di depan terminal kedatangan domestik membuat konsumen bandara menjadi tidak nyaman. Mobil penjemput yang seharusnya bisa langsung mengangkut orang harus diparkir agak ke barat atau timur, menjauh dari areal yang “dikuasai” Taksi Angkasa.

Advertisement

“Kalau orang yang dijemput membawa barang banyak, kan jadi enggak nyaman,” kata lelaki yang berposisi sebagai manajer di perusahaannya itu. Ia berharap penataan taksi sebagai alternatif moda transportasi di Bandara Adi Soemarmo lebih diperhatikan oleh pengelola bandara itu demi kenyamanan konsumen.

Parkir Juga Dipalak
Pengalaman membayar uang Rp10.000 ke counter Taksi Angkasa di Bandara Internasional Adi Soemarmo juga pernah dialami seorang warga Solo yang enggan disebutkan identitasnya. Ia mengalami kejadian itu saat menjemput saudaranya beberapa bulan lalu.

”Saya meminta salah satu taksi [bukan Taksi Angkasa] menunggu di tempat parkir bandara. Saat saya dan saudara saya pergi meninggalkan bandara, kami juga diminta membayar Rp10.000 ke counter Taksi Angkasa. Yang membayar adalah sopir taksi kami. Kami lalu mengganti uang itu karena uang itu memang dibebankan kepada penumpang,” tutur ibu satu anak tersebut kepada Solopos.com, Rabu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif