Soloraya
Minggu, 7 September 2014 - 15:45 WIB

NASIB PEMANCINGAN JANTI : Banyak Saingan, Janti Pun Gulung Tikar

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana kompleks pemancingan di Desa Janti, Kecamatan Polanharjo, sepi, Rabu (3/9/2014) siang. Berbeda dari tahun 90-an, saat ini pamor pemancingan Janti turun drastis karena banyak pesaing yang memiliki modal besar. (Ayu Abriyani/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN — Seiring banyaknya usaha serupa di tempat lain di Klaten dan Boyolali, sejak 2.000 pamor Desa Janti, Polanharjo, Klaten, semakin meredup. Rumah warga yang sebelumnya digunakan usaha pemancingan, banyak yang ditutup oleh pemiliknya. Hanya beberapa warga yang masih mempertahankan usaha itu. Baca: Pemancingan Janti, Nasibmu Kini.

Pemkab Klaten juga tidak melakukan pendataan lagi karena warga menolak memberikan retribusi. Akibat tidak adanya pemantauan dari Pemkab, ikan mentah dan makanan yang dijual pun menjadi ugal-ugalan terutama saat Lebaran dan liburan.

Advertisement

“Selain kalah dengan banyaknya usaha serupa di tempat lain seperti di Tlatar, Boyolali, tidak adanya pemantauan dari Pemkab membuat harga makanan yang dijual berbeda-beda dan ada yang mahal. Padahal, saat ada pendataan dari Pemkab, harga makanan yang dijual di lokasi pemancingan bisa disamakan sehingga pengunjung juga bebas memilih lokasi sesuai keinginannya,” ujar Danang.

Kini, kolam ikan di rumahnya itu hanya digunakan budi daya ikan air tawar. Namun, ia tetap mempertahankan pemancingan milik ayahnya yang kini menjadi usaha keluarga.

Advertisement

Kini, kolam ikan di rumahnya itu hanya digunakan budi daya ikan air tawar. Namun, ia tetap mempertahankan pemancingan milik ayahnya yang kini menjadi usaha keluarga.

Usaha pemancingan itu dikembangkan dengan membeli lahan baru tepi jalan utama Desa Janti dan namanya diubah menjadi Pemancingan 99. Ia pun mempertahankannya dengan meminjam uang di bank untuk modal mengembangkannya dengan sejumlah fasilitas seperti kolam renang dan taman bermain.

Sekretaris Desa Janti, Mursidi, juga mengungkapkan hal serupa tentang kondisi pemancingan Desa Janti. Meredupnya pamor Janti sebagai kompleks pemancingan karena banyaknya pesaing di wilayah lain yang memiliki modal besar. Di antaranya Rowo Jombor di Bayat dan pemacingan Tlatar di Boyolali.

Advertisement

Sebenarnya, Pemerintah Desa Janti ingin mengembalikan pamor pemancingan Janti. Namun, lanjut dia, itu sangat sulit karena diperlukan modal besar dan pengunjungnya juga tidak sebanyak pada tahun 90-an. Untuk itu, mayoritas warga Janti banyak yang beralih melakukan budi daya ikan yang berupa pembibitan dan pembesaran ikan air tawar.

“Tiga tahun lalu ada bantuan dari pemerintah pusat berupa program minapolitan. Program itu menyasar tiga kecamatan salah satunya Polanharjo. Kehidupan ekonomi warga kembali menggeliat dengan budi daya ikan air tawar itu,” ujarnya.

Bahkan, saat ini, desa yang terdiri atas empat dusun dan dihuni sekitar 3.000 jiwa tersebut sudah bisa menyuplai ikan air tawar yakni nila dan bawal ke lokasi pemancingan besar di Klaten, Tlatar, wilayah Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Menurut Mursidi, pengiriman ikan ke luar kota bisa mencapai sekitar 5 ton per hari.

Advertisement

Di sisi lain, Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Klaten berencana menjadikan Desa Janti sebagai embrio desa wisata. Diharapkan, masyarakat bisa mendapat multi efek sehingga mampu meningkatkan kehidupan ekonomi mereka.

Pemkab Klaten juga berupaya mengajukan bantuan dana ke pemerintah pusat untuk membenahi kondisi Desa Janti salah satunya pemberdayaan masyarakat untuk budi daya ikan air tawar. Selain itu, desa tersebut dijadikan pusat kuliner serba ikan dan wisata outbond berupa penyusuran Kali Pusur dengan model arung jeram.

“Desa Janti memang akan kami jadikan embrio desa wisata. Tapi, dalam pembenahannya yang tidak mudah adalah pembinaan SDM [sumber daya manusia] atau warga di desa itu. Perlu diberikan sosialisasi terus menerus agar mereka mau diajak mengangkat Desa Janti menjadi desa wisata,” kata Kepala Disbudparpora Klaten, Sugeng Haryanto.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif