Lastri menjahit roncean bunga melati yang masih kuncup itu dengan selembar benang di beberapa helai daun pisang berbentuk bulat pipih mirip alas untuk gelas. Di atas rangkaian bunga melati yang telah dijahit itu diberi bunga mawar berwarna merah. Kemudian di balik rangkaian itu dipasang sebuah peniti sebagai pengait untuk memasang bros di baju.
“Jika dilihat sekilas kelihatannya mudah. Tetapi setelah mempraktekkan sendiri ternyata sulit. Ini pengalaman kali pertama bagi saya dan sangat menarik,” ungkap Paulette yang merupakan ekspatriat asal Perancis yang kini bernama Rita Pusponegoro itu.
Dalam workshop itu, Lastri mengajar cara merangkai bunga kepada 25 orang peserta dari Women’s International Club (WIC). Ia mengajari mereka cara membuat rangkaian bunga untuk upacara adat Jawa seperti karang melok, bros dari rangkaian bunga mawar dan melati, gajah oleng, simbar dada serta bawang sebungkul.
Paulette bersama 48 orang anggota (WIC) dari Jakarta mengikuti konferensi nasional WIC yang bertempat di Hotel Lor In Solo, Senin-Kamis (14-17/2). Ada sekitar 100 orang dari anggota WIC yang hadir di acara itu. Ada pula tamu undangan dari Duta Besar (Dubes) negara Meksiko serta lima orang istri Dubes negara sahabat yang bertugas di Indonesia.
Ketua Panitia Acara, Ray Febri Hapsari Dipokusumo, mengatakan ada empat pelatihan dalam heritage workshop, yakni pembuatan jamu tradisional, merangkai bunga, pembuatan batik serta membaca horoskop Jawa.
“Dengan tema Women’s Role in Preserving Cultural Heritage ini, kami ingin suasana budaya bisa tercermin secara langsung. Peserta bisa merasakan bagaimana pembuatannya dan mengetahui manfaatnya,” ungkapnya saat ditemui Espos di sela-sela acara, Selasa (15/2).
Dari workshop ini, lanjut dia, juga dijelaskan tentang filosofi yang terkandung dalam setiap budaya Jawa.
Ia menambahkan, kegiatan itu juga salah satu cara memperkenalkan budaya yang ada di Kota Solo. Selain itu, memberi motivasi untuk perempuan agar mau menjaga jiwa budayanya.
m91