Soloraya
Senin, 23 Mei 2011 - 20:47 WIB

Penderita leptospirosis di Klaten meningkat 30%

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - LEPTOSPIROSIS--Muhammad Ragil Saputra, 18, salah satu penderita leptopsirosis, didampingi kakaknya, Sri Purwanti, 25 saat berada di rumahnya, Senin (23/5). (JIBI/SOLOPOS/Muhammad Khamdi)

Klaten (Solopos.com) Penderita leptospirosis di Kabupaten Klaten pada pertengahan Mei meningkat 30% dibandingkan periode yang sama 2010. Data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten menyatakan pada medio Mei 2010 tercatat 19 orang positif terserang leptospirosis dengan tiga orang meninggal dunia.

KORBAN--Muhammad Ragil Saputra, 18, salah satu penderita leptopsirosis, didampingi kakaknya, Sri Purwanti, 25 saat berada di rumahnya, Senin (23/5). (JIBI/SOLOPOS/Muhammad Khamdi)

Advertisement
Sedangkan pada medio Mei tahun ini telah tercatat 24 orang menderita leptospirosis dengan satu orang meninggal dunia. Kepala Dinkes Klaten, Ronny Roekmito, menyatakan penyakit leptospirosis bisa menyerang siapa saja, terutama orang yang bersentuhan langsung dengan tikus.

“Penyakit leptospirosis disebabkan bakteri Leptospira yang terdapat pada air kencing tikus,” papar Ronny saat ditemui wartawan, di kantornya, Senin (23/5). Ronny mengatakan seseorang bisa terjangkit leptospirosis akibat air kencing pada tikus mengenai luka orang itu.

Penyakit yang berpotensi besar menyebabkan kematian ini bisa menyerang manusia yang tidak menjaga kebersihan lingkungan. Lingkungan yang kotor dan tidak terjaga, imbuh Ronny, menjadi tempat berkembangbiaknya tikus yang menjadi media pembawa penyakit ini. “Jika tidak segera diobati, penderita bisa terkena gagal ginjal. Dia harus cuci darah secara rutin, apabila sudah parah kemungkinan meninggal dunia,” terangnya.

Advertisement

Kendati demikian, imbuh Ronny, penyakit leptospirosis bukanlah penyakit yang mudah ditularkan, bahkan belum pernah ada kasus penularan dari manusia ke manusia. “Walaupun bisa menyerang siapa saja, mayoritas yang terjangkit adalah para petani. Mereka bersentuhan langsung dengan tikus saat menggarap lahan pertanian yang kerap kali menjadi tempat bersarangnya tikus,” terang Kasi Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Dinkes Klaten, Herry Martanta.

Kebersihan
Lebih lanjut Herry mengatakan pencegahan dini leptospirosis yang harus dilakukan manusia yakni pola hidup bersih dan sehat, sinar matahari harus bisa masuk ke dalam rumah, kandang ternak harus dipisahkan dengan rumah induk, harus menutup makanan agar tidak dimakan tikus, menjaga kebersihan saluran pembuangan air dan lainya. “Jika ada bagian tubuh yang terluka, harus dijaga agar tidak terpapar bakteri Leptospira,” terangnya.

Sementara itu, Muhammad Ragil Saputra, 18, warga RT 15/RW 4 Dukuh Blora, Desa Juwiran, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten dinyatakan menderita penyakit leptospirosis pada beberapa hari lalu.

Advertisement

Gejala awal yang dialami Saputra yakni pusing, mual, panas tinggi, kaki kesemutan, mata merah. Ragil dinyatakan positif menderita leptospirosis pada 2 Mei lalu. “Saat itu badan saya rasanya panas sekali, kepala juga pusing ditambah kaki pegal-pegal. Dan itu berlangsung selama dua pekan sampai akhirnya saya keluar dari rumah sakit,” terangnya.

m98

Advertisement
Kata Kunci : Klaten Leptospirosis Tikus
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif