Otoritas pemerintah, maskapai dan operator perjalanan bekerja bersama untuk memberangkatkan para warga negara menyusul situasi Mesir yang terus memburuk.
Deplu AS menyatakan lebih 1.200 warga AS dievakuasi dengan sembilan penerbangan pada hari Senin (31/1) menuju Turki, Siprus dan Yunani, negara terdekat dengan Mesir. Enam penerbangan diharapkan terbang hari ini.
Sekitar 2.600 warga AS telah dikontak oleh Kedubes AS di Mesir untuk meninggalkan negeri itu. Jumlah warga AS yang berada di Mesir sebanyak 52 ribu, jauh lebih banyak dibanding WNI yang 6.147 orang.
Maskapai Eropa, termasuk Lufthansa, Austrian Airlines and Air Berlin, menyatakan, pihaknya mengirimkan pesawat yang lebih besar dibandingkan biasanya untuk memenuhi permintaan dan menambah penerbangan. Demikian dilansir AFP, Selasa (1/2).
Sementara itu, para petugas di Turki dan Siprus menyiapkan rencana kontingensi untuk menerima limpahan turis yang dievakuasi dari Mesir dan mempercepat tujuan mereka ke tujuan.
Para saksi mata melaporkan situasi chaos di Bandara Kairo sejak Minggu. Banyak orang, termasuk warga Mesir, saling berebut mendapatkan tiket sementara jumlah penerbangan terus menurun karena ada maskapai yang membatalkan penerbangan.
Sedangkan kantor berita Xinhua melaporkan, pada hari Senin (31/1), sebuah pesawat yang mengevakuasi warga asing di Mesir telah tiba di Siprus pada Senin sore. Tapi penerbangan lain dibatalkan karena mereka yang hendak dievakuasi tidak bisa datang ke bandara.
Di sore hari, hanya ada pesawat pengangkut milik militer AS yang membawa 42 orang, semuanya diplomat AS dan keluarganya. Sementara itu, warga Indonesia di Mesir kebanyakan berada di Nashr City. Nantinya mereka akan dibawa ke Kairo dengan mobil sewaan bila pesawat dari Indonesia sudah mendapatkan izin mendarat di Kairo dan dipastikan di terminal mana.
dtc/tiw