Indonesia lebih memperioritaskan pembahasan “Doha Round” yang hingga kini masih mengalami jalan buntu.
Doha Round atau putaran Doha adalah negosiasi perdagangan organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang dimulai pada bulan November 2001. Doha Round fokus pada penurunan tarif dari produk pertanian serta liberalisasi perdagangan di bidang jasa secara global.
“Putaran Doha ini tugas semua negara. Saya kira Indonesia benar untuk garis, bawahi Doha ini agar mulai berjalan lagi. Ini kan mandeg terus. Trade maupun
agreement itu saya kira sekunder kalau dilihat dari segi recovery dunia secara umum,” kata Wakil Presiden Boediono.
“Putaran Doha ini tugas semua negara. Saya kira Indonesia benar untuk garis, bawahi Doha ini agar mulai berjalan lagi. Ini kan mandeg terus. Trade maupun
agreement itu saya kira sekunder kalau dilihat dari segi recovery dunia secara umum,” kata Wakil Presiden Boediono.
Hal itu dikatakan Boediono dalam jumpa pers bersama sejumlah menteri bidang ekonomi usai penutupan Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Pacific Economic
Cooperation (KTT APEC) di Yokohama, Jepang. Jumpa pers digelar di Hotel The Prince Park Tower, Tokyo, sekitar 1 jam dari Yokohama.
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menambahkan, Indonesia belum saatnya ikut dalam FTAAP atau Transpacific Kemitraan (TPP). Pertimbangannya adalah kesiapan dan kapasitas daya saing industri di Indonesia.
Menurut Mari, TPP berbeda dengan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) yang mulai diterapkan pada 2005 lalu. Penerapan ACFTA dilakukan secara bertahap mulai dari perjanjian di bidang perdagangan barang, jasa, dan investasi.
Mari menambahkan Indonesia tidak bisa langsung diterima begitu saja bila ada TPP, karena syaratnya cukup berat. Negara-negara anggota TPP harus
seluruhnya menyetujui bila akan ada anggota baru yang akan bergabung.
“Jadi Indonesia kita belum siap untuk masuk ke agreement yang cukup berat. Indonesia bukan menolak, tapi belum siap. Kita prioritaskan Doha Round dulu,
terus AACFTA, dan seterunya,” jelas Mari.
Dikemukakan Menko Perekonomian Hatta Rajasa, dalam sesi retret kedua KTT APEC ke-21 kali ini, jarang pemimpin-pemimpin negara yang mengangkat isu TPP. Indonesia menilai jangan sampai pembahasan meloncat lebih jauh sementara Doha Round belum selesai.
“Sebetulnya kalau kita lihat di retret 2 tidak banyak leaders yang angkat isu-isut free trade,” tambah Hatta.
dtc/nad