SOLOPOS.COM - Para pemuda menggelar pentas live music untuk menghibur pengunjung yang ngabuburit di Koridor Bedoro sambil menikmati aneka kuliner di Desa Bedoro, Sambungmacan, Sragen, Sabtu (16/4/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, JAKARTA — Bedoro Suwarga Hijau menjadi primadona baru bagi warga Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah di masa Ramadan.

Dikelilingi hamparan sawah menghijau bak permadani membentang di kanan dan kiri, koridor Bedoro sepanjang 150 meter itu kini menjadi jujugan ngabuburit.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Koridor yang membelah areal persawahan itu menjadi pusat ekonomi. Konsep pengembangan ekonomi itu dirancang masterplan-nya oleh para mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) saat kuliah kerja nyata (KKN) di desa itu.

Baca Juga: Ngabuburit Sambil Nyari Awul-Awul di Terminal Tirtonadi Solo, Murah Lho

Ekspedisi Mudik 2024

Selter-selter usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) didesain sederhana dengan mengandalkan kajang yang difasilitasi Pemerintah Desa (Pemdes) Bedoro.

Aneka kuliner untuk menu berbuka tersaji sejak pukul 15.30 WIB. Di deretan sisi barat terdapat trotoar yang berfungsi untuk tempat lesehan.

Pengunjung menikmati suasana sore yang semilir sembari mendengarkan alunan musik live grup band De Kayla Sragen yang didatangkan setiap sore selama Ramadan. Tempat itu selalu penuh pengunjung yang ngabuburit di sore hari.

bedoro sambungmacan jadi jujugan ngabuburit
Puluhan pengunjung memadati Koridor Bedoro yang menjadi pusat ngabuburit menjelang berbuka di Desa Bedoro, Sambungmacan, Sragen, Sabtu (16/4/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

“Bazaar Ramadan ini dibuka sejak 9 April 2022 yang lalu. Setiap hari pengunjungan banyak sampai ratusan orang. Alhamdulillah, penghasilan saya lumayan. Biasanya saya harus berkeliling dari pasar malam satu ke pasar malam lainnya. Namun selama pandemi 2 tahun vakum. Sekarang ada kesempatan di Bedoro ini. Saya senang, dagangan saya laku. Kalau ramai bisa Rp400.000 dan kalau sepi masih bisa dapat Rp200.000/hari,” ujar Alan, 43, pedagang pernih-penih mainan anak asal Bluwak, Banaran, Sambungmacan, Sragen, saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (16/4/2022) sore.

Baca Juga: Ngabuburit Sambil Belanja Baju di Gebyar Ramadan Tirtonadi Solo

Bagi Alan dan teman-teman sesama UMKM, inisiatif Pemdes Bedoro ini sangat membangu mereka yang terpuruk selama pandemi Covid-19.

Meski ditarik retribusi Rp5.000/hari, Alan merasa senang dan tidak keberatan. Dia melihat masyarakat itu haus hiburan karena selama pandemi tidak bisa ke mana-mana.

“Bazar ini dengan konsep sederhana saja ternyata bisa mendatangkan pengunjung luar biasa,” ujarnya.

Kesenangan serupa juga dirasakan Sri Wahyuni, 50, pedagang asal Karangasem, Banaran, Sambungmacan, yang jualan aneka jus dan jagung godok.

Sri mengungkapkan mau jualan apa pun laku di tempat itu. Meskipun hanya jualan minuman, Sri bisa meraup keuntungan Rp500.000/hari saat ramai atau Rp350.000/hari saat sepi.

“Mari-mari. Ini ada jus pisang klutuk yang belum pernah ada di Sragen!” ujar pendonor darah 121 kali itu saat menawarkan dagangannya.

Baca Juga: 6 Fakta Unik Gang di Sambungmacan Sragen, Banyak Orang Pakai Nama Min

Animo UMKM yang berdagang di Koridor Bedoro itu selalu bertambah setiap hari. Kepala Desa Bedoro, Pri Hartono, sempat khawatir dagangan UMKM tidak laku pada awal buka karena promosinya hanya mengandalkan Facebook dan Instagram.

Saat itu, Pri hanya menggerakkan 25 orang UMKM untuk membuka dhasaran di bawah kajang. Ternyata animo masyarakat di luar ekspestasi Pri Hartono.

Pengunjung terus meningkat seiring dengan bertambahnya pedagang yang mendaftar stan. Kajang yang disiapkan semula hanya 50 meter membeludak sampai 100 meter.

“Jumlah pedagang yang jualan sekarang mencapai 35 orang. Hari ini [Sabtu] masih terus bertambah yang mendaftar, seperti pedagang perabot dapur dan ponsel juga datang. Kami membuka selter itu sebenarnya sampai pukul 22.00 WIB tetapi setelah Magrib kebanyakan dagangan mereka sudah habis,” ujarnya.

Baca Juga: 2 Tugu Perguruan Silat di Sambungmacan Sragen Disiram Cat

Para pengunjung pun tak hanya di lingkungan Bedoro tetapi desa-desa di wilayah Sambungmacan, Gondang, dan Ngrampal pun berdatangan untuk menikmati ngabuburit di sawah.

Dia mengungkapkan Koridor Bedoro itu menjadi embrio dalam pengembangan Kawasan Ekonomi Bedoro Suwarga Hijau ke depan.

Inisiatif sederhana itu ternyata mampu memberdayakan warga desa dan UMKM dari luar desa.



“Awalnya saya itu prihatin dengan kondisi warga pancapandemi. Banyak warga yang kena PHK [pemutusan hubungan kerja]. Kami mencoba memberdayakan warga korban PHK itu untuk berjualan dengan dibuatkan selter kajang. Ternyata disambut masyarakat luar biasa. Awal-awal itu kepala saya pusing karena khawatir dagangan mereka tidak laku ternyata animonya luar biasa,” jelasnya.

Baca Juga: Begini Kronologi Laka yang Renggut Nyawa Warga Sambungmacan Sragen

Selain kuliner, ada mainan anak odong-odong dan dokar yang bisa keliling kampung Bedoro dengan membayar cukup Rp5.000 per orang.

Aktivitas ekonomi ini akan terus berlangsung hingga Lebaran mendatang. “Pusat ekonomi ini juga sebagai sarana menyambut datangnya para pemudik pulang kampung. Di Bedoro ini ada sekitar 500 orang yang merantau ke Jakarta dan Sulawesi,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya