SOLOPOS.COM - Abu sabut kelapa siap dicetak menjadi briket. (JIBI/Harian Jogja/Abdul Hamied Razak)

Sebagai negara beriklim tropis, Indonesia merupakan salah satu penghasil kelapa yang cukup besar. Selain diambil daging dan airnya, batang pohon dan daun kelapa juga berguna dalam masyarakat. Sayangnya limbah sabut kelapa selama ini belum dimaksimalkan dengan baik.

Setelah diambil daging buah dan air kelapanya, biasanya sabut kelapa hanya dibuang begitu saja. Memang, beberapa pihak yang memanfaatkannya baik untuk aneka kerajinan maupun kebutuhan rumah tangga lainnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Padahal, sabut kelapa masih bisa dikembangkan untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai tambahan.

Jika jumlah rata-rata produksi buah kelapa per minggu adalah 20 buah, maka tiap kepala keluarga memiliki sekitar 2 kg sabut kelapa. Potensi produksi sabut kelapa yang besar itu belum optimal dimanfaatkan. Pemanfaatan limbah sabut kelapa, misalnya, dapat dilakukan dengan mendaur ulang dan dimanfaatkan untuk produksi bahan bakar alternatif atau briket.

Ekspedisi Mudik 2024

Ide tersebut dicetuskan oleh sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Mereka adalah Dewi Purwanti dari Prodi Kebijakan Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNY, Putri Utha C (Prodi Pendidikan Kimia), Erba Firstananda dan Desi Analisa Nababan keduanya dari Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNY.

“Kami memilih mendaur ulang limbah sabut kelapa ini, dari pada hanya ditumpuk dan tidak dikelola, kan bisa mencemari lingkungan. Bisa-bisa kesehatan masyarakat bisa terganggu dan tidak nyaman dengan tumpukan sabut kelapa,” kata Dewi di UNY, baru-baru ini.

Pembuatan briket dari sabut kelapa, ujar Putri Utha, bekerjasama dengan masyarakat Dukuh Sorogaten II, Karangsewu, Galur, Kulonprogo. Awalnya, masyarakat diberi pelatihan pembuatan briket limbah sabut kelapa sebagai energi alternatif.

“Kami memilih daerah tersebut karena sebagian besar masyarakat bermatapencaharian sebagai petani. Kami membuat briket dari sabut kelapa. Selain bermanfaat bagi masyarakat juga dapat mengurangi pemakaian gas elpiji untuk memasak,” ujarnya.

Briket merupakan arang yang diproses untuk memiliki daya serap energi yang tinggi, berbentuk larutan atau uap. Briket dapat dibuat dari bahan yang mengandung karbon baik organik maupun anorganik.

Sementara, sabut kelapa dapat dijadikan bahan alternatif pembuatan briket karena mengandung unsur karbon yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi atau bahan bakar.

Cara pembuatan briket limbah sabut kelapa terbilang mudah. Pertama, sabut kelapa yang tersedia dibakar di tempat pembakaran berupa drum. Drum tersebut diberi lubang sebagai tempat keluarnya asap pembakaran. Alat dilengkapi dengan pipa pendingin untuk proses kondensasi asap menjadi asap air.

“Setelah semua bahan terbakar lalu didinginkan selama 1 malam, kemudian ditumbuk agar halus dan diayak,” jelas Desi Analisa.

Langkah kedua, membuat cairan perekat dari larutan tepung kanji yang dipanaskan. Kemudian, baik arang sabut kelapa dan lem kanji dicampurkan dengan perbandingan 600 cc lem perekat dan 1 kilogram arang sabut kelapa.

“Setelah itu tinggal mencetak ke adonan sesuai dengan alat cetak atau dengan pipa paralon dan dijemur selama kurang lebih 1 hari. Briket telah siap digunakan,” tutup Desi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya