SOLOPOS.COM - Infografis City Walk (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, SOLO — Pemerintah Kota (Pemkot) Solo mewacanakan keberadaan food truck atau truk makanan di area city walk Jl. Slamet Riyadi Solo.

Truk makanan berfungsi sebagai pendukung halte yang akan dibangun di enam titik di jalur pedestrian itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kabid Angkutan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Solo, Taufik Muhammad, mengatakan halte dibangun sebagai fasilitas layanan bus yang akan melaju contra flow (melawan arus) di Jl. Slamet Riyadi.

Verawati Istri Jekek Bupati Wonogiri, Dokter Hewan yang Jarang Tersorot Kamera

Ekspedisi Mudik 2024

“Kami akan membangun enam halte, yakni di Gladag, Ngapeman, Nonongan, Sriwedari, Solo Grand Mall (SGM), dan Gendengan,” kata dia, kepada wartawan, di Rumah Dinas Loji Gandrung, Rabu (26/2/2020).

Kepala Dishub Solo, Hari Prihatno, mengatakan truk makanan buka malam hari mulai pukul 18.00 WIB. Truk makanan itu disyaratkan bersih, tak meninggalkan bekas memasak makanan, atau mendirikan tenda.

“Konsepnya masih dibahas, yang jelas, keinginan Pak Wali ada stan kuliner untuk mendukung keberadaan halte,” kata dia, dijumpai di lokasi yang sama.

Dulu Dicap Aplikasi Alay Kini Pejabat pun Memainkan Tiktok

Hari mengatakan bentuk halte tersebut tak seperti halte saat ini yang melayani bus Batik Solo Trans (BST). Halte hanya berupa bangku untuk duduk serta peneduh.

Truk makanan berada di samping halte itu. Bentuk halte, sambungnya, menyesuaikan city walk sedangkan keberadaan truk makanan merupakan pendukung halte.

“Ada ketentuan jumlahnya sekian, tidak boleh lebih. Titiknya ditentukan, minimal dekat halte Jadi harus terdaftar. Misalnya sepanjang city walk hanya ada lima atau sepuluh, ditentukan dari awal. Syaratnya banyak, harus kering, tidak boleh ada tempat cucian, bongkar pasang, dan benar-benar tidak ada bekas keesokan paginya. Seperti, truk kopi itu dan sebagainya,” jelas Hari.

Tuntut Pesangon, Eks Karyawan Tyfountex Sukoharjo Tempuh Jalur Pengadilan HI Semarang

Syarat panjang tersebut bertujuan untuk membatasi pedagang kaki lima (PKL) yang beberapa tahun lalu banyak berjualan di area city walk.

Pemkot telah menggeser PKL ke sejumlah selter, salah satunya Selter Sriwedari. Beberapa diminta masuk ke dalam atau tidak berjualan di jalur pedestrian, seperti di sekitaran Stadion Sriwedari.

“Konsepnya akan disusun oleh Dinas Perdagangan (Disdag). Tujuan kami sekaligus untuk meramaikan area city walk saat malam hari,” bebernya.

Guru Tersangka Susur Sungai SMPN 1 Turi Bantah Dipaksa Gundul

Ihwal bus yang nantinya melaju contra flow, Hari menyebut hasil kajian memutuskan bus ukuran sedang atau medium. Pintu masuk bus berupa low entry namun lantai busnya tetap tinggi.

Saat ini, Kementerian Perhubungan masih melelang pengadaan bus tersebut. Bus low entry tersebut akan melaju di koridor I dan II.

“Kami sedang meminta izin agar bus BST lama yang sekarang masih dipakai itu boleh tetap digunakan saat buy the service diterapkan. Meski aturannya maksimal usia bus lima tahun, padahal bus kami itu pengadaan lama tapi yang belum dipakai masih ada beberapa. Kalau lelang selesai, tinggal dantarkan ke karoseri waktunya cuma 3,5 bulan. Anggaran totalnya Rp50 miliar per tahun,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya