SOLOPOS.COM - Aksi Smoke Free Agents di Jakarta, Minggu (15/2/2015). (Dwi Prasetya/JIBI/Bisnis)

Solopos.com, SOLO—Ketua Yayasan Kakak Solo, Shoim Sahriyati mengatakan untuk mengurangi jumlah perokok anak diperlukan peran berbagai pihak termasuk dari orang tua, guru, masyarakat, dan pemerintah untuk mengendalikan pola konsumsi tembakau.

Dia menyebut salah satu upaya yang perlu dilakukan bersama adalah mengedukasi dan turut mengawasi perilaku anak-anak. Selain itu perlu ada upaya untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari rokok.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Namanya edukasi tetap harus dilakukan, edukasi di sekolah, edukasi di masyarakat, penyadaran masyarakat itu sendiri, apalagi ya semua anak itu anak kita,” kata Shoim ketiaka ditemua Solopos.com di Auditorium UMS, Senin (20/3/2023).

Meski upaya itu penting, dia menyebut tidak semua orang tua atau masyarakat memiliki kesadaran. “Banyak yang beranggapan selama itu bukan anak kita aman gitu ya, tapi dia tidak ketika ada anak satu yang merokok kita tidak tahu kapan anak kita berada di lingkungan itu,” lanjut dia.

Dia menegaskan kepedulian untuk melakukan edukasi itu tugas bersama. Tidak melulu mengandalkan kebijakan yang sudah dibuat oleh pemerintah. Menurutnya kebijakan pemerintah tidak cukup jika masing-masing individu tidak terlibat.

“Tetapi kalau tingkat kesadaran rendah percuma, jadi semua harus paralel dengan cara kebijakannya diperbarui, kesadaran masyarakat ditingkatkan,” lanjut dia.

Terutama, menurutnya harus melibatkan anak muda untuk melakukan kampanye bebas rokok di sosial media. Mengingat saat ini banyak anak-anak yang sudah menggunakan telepon pintar.

 “Itu sebenarnya potensial untuk menyuarakan melalui konten, membuat kampanye lewat media sosial, bagaimana anak-anak muda ini digerakan di garda terdepan dengan cara yang efektif, dengan cara yang unik, dan bisa dilihat oleh anak-anak,” kata dia.

Hasilnya, jika konten positif tentang kampanye bebas rokok terhadap anak ini berjalan, menurutnya akan bisa meminimalisir citra positif rokok yang dibangun oleh industri.  “Jadi ketika anak membuka sosial media ada konten positif yang bisa menetralisir image yang terlanjur dibangun oleh industri rokok itu,” tutur dia.

Sementara itu, salah seorang warga Ngemplak, Boyolali, Ahmad, mengatakan melarang anaknya merokok, sekalipun kelak si anak sudah dewasa. Dia mengatakan memang perlu pendekatan dan edukasi kepada buah hatinya itu agar konsisten tidak merokok sampai dewasa.

“Saya termasuk orang tua yang melarang anak saya untuk merokok, karena kandungan rokok yang membahayakan bagi kesehatan tubuh,” kata Ahmad ketika dihubungi Solopos.com, Senin (20/3/2023)

Menurut dia, agar anak-anak tidak terpapar bahaya rokok, butuh kerja sama yang intens antara sekolah, orang tua, dan lembaga-lembaga terkait.  “Semestinya sekolah memberikan sosialisasi secara berkala tentang bahaya merokok baik bagi si perokok atau orang sekitar yang tidak sengaja menghirup asap rokoknya,” lanjut dia.

Selain itu, bapak satu anak itu menyebut diperlukan pemahaman kepada orang tua agar tidak merokok di depan anak. “Selain karena asapnya yang sangat membahayakan, juga mengantisipasi anak agar tidak meniru,” tutur dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya