SOLOPOS.COM - Eks napi aksi terorisme (Napiter) mengikuti upacara HUT ke-75 RI di Plaza Balai Kota Solo, Senin (17/8/2020). (Istimewa)

Solopos.com, SOLO -- Hampir tiga tahun, Yayasan Gema Salam berkiprah merangkul para mantan narapidana kasus terorisme (napiter) kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui program deradikalisasi.

Tak hanya itu mereka juga berjuang menghapus stigma dan memperbaiki perekonomian keluarga. Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, mengatakan Yayasan Gema Salam dirintis sejak 2017. Kala itu, dia mengundang para mantan napiter berbuka puasa di rumah dinasnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ia mengakui undangan tersebut sempat menimbulkan pro dan kontra di kalangan eks napiter. Rudy adalah seorang penganut Katolik namun mengundang eks napiter yang jamaknya beragama Islam untuk berbuka puasa.

Kasus Covid-19 Klaten Melonjak Tajam, Hajatan dan Pembelajaran Tatap Muka Masih Boleh?

Namun, mereka akhirnya setuju untuk datang dengan pertimbangan undangan itu datang dari seorang Wali Kota, sebagai pemimpin daerah bukan sebagai pribadi, bukan seorang Katolik.

Dalam acara buka puasa bersama itu lah, perbincangan mengenai sebuah wadah bagi para eks napiter kawasan Soloraya mengemuka. Joko Triharmanto alias Jack Harun, salah satu eks napiter ditunjuk menjadi ketua.

Membentuk Wadah

“Keinginan saya membentuk wadah itu agar teman-teman ini bisa bergerak ke arah positifnya lebih terorganisasi. Lewat bentuk yayasan, saya berharap eks napiter lebih lancar saat reintegrasi dilakukan. Kemudian, pemerintah daerah bisa masuk dan punya program untuk menyokong berbagai sisi kehidupan eks napiter,” ucap Rudy, sapaan akrabnya, Jumat (6/11/2020).

Tambah 201 Kasus Pada Sabtu, Satgas Covid-19 Klaten Sempat Tak Percaya

Setelah seorang napiter pulang dari Lembaga Pemasyarakatan (LP), pemda bisa memikirkan tempat tinggal yang bisa mereka pakai. Apakah perlu diperbaiki atau diberi fasilitas sewa rumah susun milik pemerintah. Setelah itu, para eks napiter dibantu memperoleh pekerjaan agar mereka kembali melanjutkan kehidupan.

Ketua Yayasan Gema Salam, Jack Harun, mengatakan yayasan yang dibentuk bersama itu bergerak di bidang sosial dan ekonomi. “Kami berpikir bagaimana bisa kembali ke masyarakat, kami menyusun program mempercepat reintegrasi. Mereka yang kembali ke masyarakat telah menjalani hukuman, mayoritas tidak punya pekerjaan, kami membantu mengakses permodalan,” katanya kepada Solopos.com yang menemuinya di Manang, Sukoharjo, Selasa (20/10/2020).

Yayasan Gema Salam membantu para eks napiter agar lebih mudah mengakses permodalan dari pemerintah, utamanya BNPT, Kementerian Sosial (Kemensos), pemerintah daerah, dan sejumlah lembaga lain. Selain itu juga menghubungkan eks-napiter untuk mengikuti pelatihan bekerja sama dengan pihak ketiga, salah satunya lewat tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).

Kasus Covid-19 Klaten Melonjak Tajam, Hajatan dan Pembelajaran Tatap Muka Masih Boleh?

Membuka Usaha

Hingga saat ini sudah ada 40-an anggota yayasan yang tersebar di Soloraya, seperti Solo, Sukoharjo, Sragen, Karanganyar, dan Klaten. Selain itu, ada pula cabang di Yogyakarta. Jumlah itu bertambah hampir dua kali lipatnya lantaran sebelumnya dimulai dari belasan.

Anggota yayasan yang seluruhnya eks napiter membuka berbagai usaha untuk menghidupi keluarga. Ada yang berusaha di bidang pertanian, jahit-menjahit, makanan, pertukangan, dan sebagainya. Mereka mendapat modal dari pemerintah guna mengembangkan usaha tersebut.

Kendati begitu hingga saat ini masih banyak mantan napi terorisme yang mendapat cap atau stigma negatif dari masyarakat. Mereka diasingkan dan dijauhi, serta masih sering diteror kelompok terorisme lain karena sudah menjauhi ideologi tersebut.

Aturan Baru Hajatan Pernikahan Kota Solo: Standing Party dan Makanan Dibawa Pulang

Beberapa eks napiter ada yang terang-terangan menolak bergabung ke Yayasan Gema Salam. Mereka enggan bergabung dengan berbagai alasan, salah satunya masih tidak percaya dengan pemerintah.

“Usaha saya membuka warung soto. Proses reintegrasi saya ke masyarakat boleh dibilang lancar. Lingkungan menerima dengan baik. Salah satu upaya saya untuk membalas mereka adalah melalui program Jumat Barokah. Kami menggratiskan makanan dalam sehari pada Jumat pekan pertama. Kami membagikan 300-an mangkok, bahkan kalau ada yang mau dibungkus, kami tetap memberikan,” katanya.

Jack menyebut peran keluarga dan lingkungan sekitar sangat berpengaruh pada proses reintegrasi. Ia yang bebas hampir satu dekade silam langsung pulang ke rumah mertuanya setelah menjalani hukuman kurungan.

1.231 Pengawas TPS Pilkada Solo 2020 Dilantik, Apa Saja Sih Tugas Mereka?

Peran Perempuan

Sambutan luar biasa dari masyarakat kampung membuatnya terketuk. Hal yang membuatnya tak ingin lagi terlibat aksi terorisme adalah sang ibu dan istri.

“Ia selalu menasihati saya lewat telepon dan surat. Peran keluarga yang saya rasakan itu sangat deras luar biasa. Kemudian lingkungan yang menerima, mereka datang ke rumah, ngowongke [menghormati]. Itu yang memotivasi saya. Saya yang dulunya keras dan tidak mau kooperatif, kini berbalik. Masyarakat sudah peduli dengan saya, masak saya malah melakukan hal-hal yang bertolak belakang di masyarakat,” ucap pria 40-an tahun itu.

Menurutnya, peran perempuan sangat membantu proses reintegrasi. Pendekatan emosional seorang ibu dan istri bisa membuat pikiran seorang eks-napiter menjadi lebih terbuka. Saat itulah, mereka bisa membujuk seseorang untuk menanggalkan radikalisme. Pendampingan perempuan juga lebih memudahkan proses itu.

Aturan Baru Hajatan Pernikahan Solo: Standing Party Justru Dianggap Lebih Berbahaya, Ini Alasannya

“Bicara dari hati ke hati. Seorang istri kepada suami, seorang ibu kepada anaknya. Keduanya benar-benar sangat berdampak untuk saya,” ucapnya.

Perempuan juga lebih luwes menjadi jembatan antara eks napiter dengan lingkungan masyarakat sekitar. Dari situ komunikasi terjalin sehingga pikiran melakukan aksi terorisme perlahan melebur. “Tetangga pada datang ke rumah, membawa makanan. Kami merasa dihargai,” imbuh Jack.

Susah Dapat Pekerjaan

Jack mengakui untuk kembali mendapatkan pekerjaan seusai menyandang status eks napiter tidak lah mudah. Apalagi, untuk bekerja pada perusahaan atau instansi. Karena itulah, banyak dari mereka yang lantas berwirausaha.

Tertibkan PKL Bermobil Sekitar Pasar Klewer Solo, Petugas Satpol PP Sampai Menyamar Jadi Pembeli

Ia ingin pintu bekerja di sektor itu bisa kembali dinikmati oleh eks napiter. Coretan di Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) membuat perusahaan gamang mempekerjakan mereka. Dari puluhan eks napiter, hanya sedikit yang bisa kembali bekerja pada instansi.

Jika pun bisa, mereka hanya boleh memegang urusan teknis dan administrasi. Ia ingin agar catatan eks napiter itu dihilangkan, atau setidaknya diberi tambahan keterangan.

“Kami sempat diskusi, dan memang enggak bisa dihilangkan. Tapi mungkin bisa diberi keterangan bahwa eks napiter ini sudah NKRI, atau tidak perlu disebutkan tapi ada penjaminan dari kepolisan setempat atau BNPT, bahwa eks napiter ini sudah kooperatif, sehingga bisa melamar pekerjaan,” ujarnya.

Beat Tabrak Truk di Jalan Solo-Semarang Boyolali, 2 Orang Meninggal

Lantaran tak bisa melamar pekerjaan, mayoritas eks napiter berwirausaha. Sektor informal hanya membutuhkan kecakapan tanpa perlu keterangan tertentu.



“Hanya perlu modal dan pelayanan baik, termasuk keterampilannya. Memang ada eks napiter yang bisa bekerja di pondok. Tapi, dia tidak boleh mengajar. Hanya di bagian administrasi atau teknis. Kalau ada penjaminan dari BPNT, mau tanggung jawab menanggung misalnya, mungkin perusahaan mau mempekerjakan,” kata Jack.

Membuka Cabang

Hingga saat ini, Yayasan Gema Salam masih terus aktif melakukan pendampingan pada eks napiter, bekerja sama dengan kepolisian setempat. Mereka membuka cabang di daerah lain agar program itu meluas.

Ungkap Penggelapan Uang Rp512 Juta Milik Pedagang Pasar Kembang Solo, Polisi Selidiki Koperasi Di Sukoharjo

Pemerintah selalu memberi memberi informasi kpada yayasan, saat eks napiter bebas. Mereka diberi tugas untuk mengaburkan ideologi keras yang dipegang eks napiter itu. Menurutnya, tak sedikit yang masih berpikiran keras kendati sudah bebas.

Tugas tersebut diemban yayasan, dengan melakukan pendekatan. Indoktrinasi yang lama membikin proses itu tak gampang. Mereka harus perlahan masuk agar mengetahui kebutuhan dari eks-napiter tersebut. Selain mendekati eks napiter langsung, mereka juga berkomunikasi dengan pihak keluarga.

Menurutnya, untuk mengetahui apakah eks napiter itu masih berideologi radikal atau sebaliknya adalah dengan berdialog. “Banyak yang memberi stigma kalau pakai celana cingkrang, gamis, berpeci, dan sebagainya itu dibilang keras, saya bilang tidak. Kami harus tahu pikirannya, dan tidak mungkin mendakwahi mereka sebelum menjadi tempat curhat mereka. Kalau sudah bisa menjadi tempat curhat, kami bisa tahu apa kebutuhannya dan membantu,” bebernya.

UMK Sragen 2021 Diusulkan Naik Jadi Rp1.829.500

Jack mengaku pernah membantu eks napiter bermasalah dengan akses kesehatan untuk istrinya. Ia pun berusaha mengomunikasikan sampai akhirnya bisa mendapatkan BPJS KIS. "Setelah mereka diperhatikan, akan lebih mudah masuk ke pikiran mereka," katanya.

Jack mengakui tak sedikit eks napiter yang menjadi residivis. Mereka kembali terlibat dalam aksi terorisme. Menurutnya, hal tersebut dipengaruhi beberapa hal, antara lain masyarakat yang enggan menerima kembali.



Melibatkan Tokoh Masyarakat

Selain itu, keluarga yang tak mendukung sehingga komunikasinya terputus. Atas dasar itulah, ia meminta pemerintah tak hanya fokus menyasar eks napiter dalam program deradikalisasi. Masyarakat tempat eks napiter itu kembali harus ikut dilibatkan agar mereka bisa menerima.

Lebih Rendah Dari Pemilu 2019, Ini Target Partisipasi Pemilih Pilkada Sukoharjo 2020

“Keinginan saya agar BNPT melibatkan tokoh masyarakat dalam proses itu. Ketua RT, RW, hingga Bhabinkamtibmas. Mereka bisa dikumpulkan lalu diberi sosialisasi agar tidak cari kesimpulan sendiri. Kalau masih keras ya sampaikan mereka bisa kembali ke masyarakat dengan cara seperti ini. Disampaikan, jangan malah dijauhi yang bikin proses reintegrasinya gagal. Peran mereka sangat luar biasa mengingat sektor paling bawah,” ucap Jack.

Ia menyebut tidak sedikit masyarakat yang gagal paham bagaimana menangani eks napiter. Peran BNPT yang langsung turun ke bawah dan membantu proses kepulangan termasuk serah terima diharapkan mempermudah proses reintegrasi.

Pembimbing Kemasyarakatan BAPAS Solo, Kristin Yuni Astuti, mengatakan sebelum memasuki tahapan reintegrasi, seorang napi terorisme akan mengikuti berbagai program deradikalisasi, berbentuk upaya identifikasi, rehabilitasi, reedukasi, dan resosialisasi. Saat itu pula, mereka menjalani proses pemisahan secara fisik dan ideologis dari kelompok radikal.

Kasus Covid-19 Klaten Melonjak Tajam, Hajatan dan Pembelajaran Tatap Muka Masih Boleh?

“Kami menyebut eks napiter yang kami tangani sebagai klien. Nah, proses reintegrasi yang kami lakukan upayanya agar mereka bisa memulihkan kehidupan, mengembalikan kepercayaan diri, kemudian bisa memulai usaha,” katanya.

Bimbingan Kepribadian

Kendala yang dihadapi dalam proses itu, antara lain regulasi yakni peraturan yang mendukung usaha pembimbing kemasyarakatan dengan eks-napiter, dukungan sumber daya manusia (SDM), anggaran, serta sarana dan prasarana. Menurutnya, saat ini akses bantuan permodalan bagi eks napiter lebih mudah, lantaran tak hanya ditangani BNPT, tapi juga sejumlah kementerian hingga BUMN.

Tambah 201 Kasus Pada Sabtu, Satgas Covid-19 Klaten Sempat Tak Percaya



Kristin lantas mengurai sejumlah kegiatan reintegrasi yang dilakukan BAPAS di wilayah Soloraya, di antaranya bimbingan kepribadian dan silaturahmi antara pelaku terorisme dan korban, keduanya bekerja sama dengan BNPT, serta, bimbingan kemandirian.

“Kami juga mendorong mereka untuk aktif berkegiatan sosial sebagai salah satu imbal balik kepada masyarakat. Yayasan Gema Salam kerap membagikan nasi bungkus, kemudian menyumbang masker untuk menekan persebaran Covid-19, pengobatan gratis, dan sebagainya.

 

Artikel ini hasil dari Peace Journalism Fellowship Grant yang diselenggarakan Search for Common Ground Indonesia dan Sejuk.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya