Promosi Komeng Tak Perlu Koming, 5,3 Juta Suara sudah di Tangan
Karena tidak semua tempat bisa dilewati penyandang difabel seperti dirinya, pengumpul ribuan perangko dari berbagai negara ini pun sering harus dibantu orang lain. “Tapi sejak kecil sampai sekarang, saya tidak pernah merasa minder karena kondisi kaki saya ini,” ujarnya saat ditemui Espos di ruang kerjanya, Jumat (17/6/2011).
Anni pun telah membuktikan bahwa penyandang cacat seperti dirinya, sebenarnya memiliki potensi yang tak kalah dengan orang normal. Entah karena apa, ungkapnya, saat kecil Anni tidak disekolahkan orangtuanya. Tapi kemudian setelah melihat Anni yang seolah tak peduli dengan kondisinya, Anni disekolahkan di sekolah normal. “Karena saat itu adik saya sudah kelas III, saya hanya mau sekolah kalau bisa langsung kelas IV. Setelah orangtua melobi kepala sekolah, saya bisa langsung sekolah di kelas IV,” jelasnya.
Meski demikian Anni bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. Bahkan dia meraih peringkat pertama di kelas. Prestasi gemilang itu terus ia torehkan hingga kuliah. Lulus kuliah, Anni mencoba melamar kerja di banyak perusahaan besar dan bank-bank terkemuka. Ia pun selalu lolos tes hingga tahap akhir dan diundang mengikuti wawancara.
“Awalnya saya tidak sadar mengapa ketika wawancara, saya selalu gagal. Sampai akhirnya saya menemukan perkiraan jawaban atas kegagalan itu, yaitu karena kondisi fisik saya. Sejak itu saya tidak mau lagi melamar di perusahaan besar,” ungkapnya. Hingga suatu hari, katanya, FE UNS menawarinya menjadi dosen. Hal ini karena ketika kuliah, Anni pernah menjadi asisten dosen.
Sejak 1992, Anni pun bekerja sebagai dosen. Profesi inilah yang mengantarkan Anni bisa kuliah di Australia dengan program beasiswa. Dia mengambil Program Master of Professional Accounting (MProf Acc) di University of Queensland, Australia dan meraih gelar PhD dari School of Accounting, Victoria University, Australia. Setelah menjadi dosen, Anni pun aktif menjadi pengajar mahasiswa program S1, S2 dan S3, mengadakan penelitian dan pengabdian pada masyarakat. “Kini saya sangat menikmati profesi sebagai dosen. Pasalnya saya merasa menjadi orang yang lebih bermanfaat bagi orang lain,” ujarnya.
Eni Widiastuti