SOLOPOS.COM - Suasana kawasan Kestalan, Banjarsari, Solo, yang rencananya dijadikan wisata heritage oleh pemerintah setempat. Foto diambil Jumat (28/1/2022). (Solopos/Ika Yuniati)

Solopos.com, SOLO — Camat Banjarsari, Solo, Beni Supartono Putro, menegaskan komitmennya untuk mengembangkan wisata heritage di Kelurahan Kestalan. Untuk itu, dalam waktu dekat Beni akan studi banding ke kawasan Kemukus, Sragen.

Kawasan Kemukus dipilih untuk studi banding karena dinilai memiliki kesamaan problem, yakni stigma sebagai kawasan yang kental dengan prostitusi. Menurut Beni, akar masalah Kestalan dengan Kemukus hampir mirip dengan meskipun nilai sejarahnya berbeda.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Nah, Kemukus kan berhasil bikin branding baru sebagai wisata religi. Mungkin nanti perlu juga ya studi banding ke Kemukus,” kata Beni saat diwawancarai Solopos.com, Jumat (28/1/2022).

Baca Juga: Lingkungan Rumah Pangeran Sambernyawa di Kestalan Dulu Kawasan Ulama

Sebagaimana diinformasikan, wacana mengembangkan Kestalan, Banjarsari, Solo, sebagai kampung wisata heritage mengemuka beberapa waktu lalu. Gagasan yang diharapkan mengangkat potensi sejarah sekaligus menghapus stigma negatif kawasan tersebut disampaikan Camat Banjarsari, Beni Supartono Putro, akhir 2021 lalu.

Beni kemudian membawa idenya ke Dinas Pariwisata Kota Solo. Namun, Beni mengatakan beberapa usulannya masih bisa dimentahkan. Mereka sekarang ini masih mencari formula yang paling pas untuk program tersebut.

Salah satu peluang yang bisa digarap adalah membuat Kampung Wisata dengan pendanaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Hal itu mengingat modal utama berupa narasi sejarah sudah cukup kuat untuk menjadikan Kestalan sebagai destinasi wisata heritage.

Baca Juga: Masih Asli, Begini Kondisi Rumah Pangeran Sambernyawa di Kestalan Solo

Peninggalan Sejarah Mangkunegaran

Wilayah tersebut memiliki banyak peninggalan sejarah Mangkunegaran I, II, IV, dan VII. Di antaranya Ponten Ngebrusan yang merupakan toilet umum pertama peninggalan Mangkunegara VII.

Sebelum pandemi, pemerintah setempat sering mengadakan kirab budaya nguri-uri Ponten yang dibangun pada 1936 tersebut. Kestalan yang mendapat stigma negatif sebagai tempat mangkal pekerja seks komersial (PSK) juga memiliki cerita menarik tentang sejarah transportasi Kota Solo.

Bagaimana dulu jadwal kereta sangat minim hingga berhari-hari yang akhirnya membuat masyarakat sekitar mendirikan hotel melati. Mangkalnya para PSK kawasan itu tak lepas dari dibubarkannya lokalisasi Silir pada 1998.

Baca Juga: Wisata Heritage Diharapkan Bisa Hapus Stigma Negatif Kestalan Solo

Namun, Beni mengatakan narasi sejarah saja tidak cukup untuk mengembangkan wisata heritage Kestalan. Perlu ada atraksi budaya yang rutin sebagai penyempurna Desa Wisata. Sementara sampai saat ini ia belum menemukan atraksi seperti apa yang bakal digarap untuk wilayah tersebut.

“Kami sempat mengusulkan membuat seperti Desa Wisata lalu dibuat homestay, tapi ada kendala lain yakni belum ada atraksi budaya. ini masih terus diskusi untuk menemukan formula yang pas,” kata Beni.

Atraksi Budaya

Sementara itu, menurut Beni, kondisi pandemi membuat mereka tak mungkin menggelar atraksi budaya. “Skala prioritas wali kota tahun ini adalah sekonomi yang adaptif dan percepatan pembangunan. Baru pada 2023 mendatang fokus pada pembangunan sektor budaya. Ini kami persiapan untuk diusulkan 2023,” kata Beni.

Baca Juga: Kestalan bakal Jadi Wisata Heritage, Dispar Solo: Belum Ada Komunikasi

Masalah PSK juga belum sepenuhnya selesai sampai saat ini. Masih ada beberapa yang mangkal di sana meski jumlahnya tinggal sedikit. Sementara itu, sembari menunggu program Kampung Wisata Heritage, Lurah Kestalan, Yono, mulai menggarap program untuk meramaikan Ponten.

Bentuknya yakni berupa kulineran. Seiring dengan menurunnya Covid-19, ia bakal membuka kompleks tersebut sebagai pusat kuliner malam. Masyarakat setempat diizinkan berjualan di luar Ponten. Sementara di dalam Ponten hanya boleh untuk pembeli yang ingin duduk menikmati makanan atau menggelara acar seni budaya.

Sebelum ini Ponten kerap dijadikan sebagai tempat foto pre-wedding dan beberapa pertunjukan budaya. Sampai akhirnya pandemi menghantam, lalu mereka menghentikan kegiatan yang mengundang massa. “Geliatnya akan kami mulai lagi. Tujuannya ya untuk mengenalkan Ponten kepada masyarakat luas. Sekaligus menggerakkan geliat ekonomi masyarakat,” terang Yono, Jumat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya