SOLOPOS.COM - Foto udara kawasan Waduk Pidekso di Giriwoyo, Wonogiri. (Istimewa/PT PP)

Solopos.com, WONOGIRI Tradisi Gumbregan bakal kembali digelar warga Desa Pidekso, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Kamis (1/11/2022) malam. Tradisi turun-temurun itu digelar sebagai wujud syukur para petani yang memperoleh manfaat dari hewan ternak mereka.

Tradisi Gumbregan biasa digelar bertepatan malam Jumat Pahing setiap 210 hari sekali. Tradisi Gumbregan kali ini terbilang tak biasa karena akan didokumentasikan dan mengundang sekitar 150 orang, serta dirayakan semalam suntuk.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Perayaan menjelang akhir tahun itu juga bertujuan membentuk Tradisi Gumbregan sebagai ikon wisata Desa Pidekso di masa mendatang.

Sekretaris Desa (Sekdes) Pidekso, Dwiyanto, mengatakan gumbregan merupakan tradisi turun temurun. Perayaannya diperingati setiap wuku gumbreg datang, yakni pada Jumat Pahing setiap 210 hari sekali. Tradisi itu dimungkinkan digelar lebih dari sekali dalam satu tahun.

Pada hari perayaan gumbregan esok, masyarakat di Desa Pidekso bakal membuat dan memasak ketupat. Namun ketupat itu tidak disajikan sebagai santapan warga, melainkan diberikan kepada hewan ternak.

Baca Juga: Menikmati Pesona Pantai Puyangan Wonogiri dengan Pasir Putih

“Ketupatnya dikasih ke kandang ternak biar dimakan ternak. Istilahnya seperti Idulfitri, tapi gumbregan itu hari rayanya hewan ternak. Harapannya agar hewan ternak yang dipelihara warga [seperti ayam, kambing, dan sapi] bisa terus berkembang biak dan bermanfaat bagi pemiliknya,” kata Dwiyanto kepada Solopos.com, Rabu (30/11/2022).

Seusai ketupat diserahkan di kandang ternak, warga berkumpul mengadakan acara syukuran. Lokasi syukuran Tradisi Gumbregan esok direncanakan di Dusun Mering, Desa Pidekso. Lokasi itu tak jauh dari Menara Pandang Bendungan Pidekso.

“Prosesinya dimulai sejak siang dan puncak tradisinya dilaksanakan malam hari, setelah waktu Isya,” ujarnya.

Setelah Tradisi Gumbregan selesai, acara pada Kamis malam di Dusun Mering akan dilanjutkan dengan ruwatan dan pentas wayang kulit. Tujuannya membuang sial.

Baca Juga: Mobil Dilarang Lewat, Pengelola Goa Resi Wonogiri Siapkan Area Parkir Cadangan

“Ada 85 warga yang bakal ikut, lalu perangkat desa 10 orang, perwakilan pemerintah kecamatan, bidang kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Wonogiri, serta tim ruwat sekitar 10 orang,” imbuhnya.

Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Disdikbud Wonogiri, Eko Sunarsono, mengatakan Tradisi Gumbregan termasuk tradisi langka di masa sekarang. Dengan masih lestarinya Tradisi Gumbregan di Desa Pidekso, Eko berharap hal itu dapat dijadikan ikon wisata di Desa Pidekso.

“Sebagai pancatan awal mengingat Desa Pidekso ini terdapat bendungan baru yang mempunyai banyak manfaat, salah satunya di bidang wisata,” kata dia kepada Solopos.com, belum lama ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya