SOLOPOS.COM - Petani tembakau asal Kecamatan Trucuk, Juwandi, 54, mengecek tanaman tembakau yang dia tanam di lahan wilayah Desa/Kecamatan Kalikotes, Rabu (7/9/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATENPetani tembakau asal Desa Karangpakel, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, mulai memasuki masa panen tembakau. Tembakau yang dipanen tergolong tembakau kualitas ekspor.

Salah satu petani asal Desa Karangpakel, Kecamatan Trucuk, Juwandi, 54, mengatakan pada musim tanam kali ini dia menanam tembakau di lahan seluas 10 hektare (ha). Jenis tembakau yang ditanam, yakni tembakau asepan varietas Grompol Jatim.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Kami mulai menanam akhir Mei-awal Juni lalu,” kata Juwandi saat ditemui Solopos.com, di lahan pertanian yang dia kelolanya, Rabu (7/9/2022).

Soal potensi hasil panen, Juwandi menargetkan bisa mendapatkan 50 ton daun tembakau kering dari 10 ha lahan yang dia tanami tembakau.

“Dengan kapasitas tanaman dan populasinya itu mudah-mudahan bisa terealisasi. Kami mulai panen sejak, Rabu [31/8/2022],” kata Juwandi.

Baca Juga: Diskominfo Klaten Gempur Rokok Ilegal Melalui Pendekatan Seni dan Budaya

Juwandi menjelaskan tembakau yang dia tanam memiliki pangsa pasar ekspor, seperti di Eropa dan Amerika. Tembakau asepan Grompol Jatim berkualitas bagus digunakan untuk filler atau pengisi cerutu.

Tahun ini, Juwandi menjalin kerja sama dengan sejumlah perusahaan asing maupun lokal. Melalui kerja sama itu, Juwandi memiliki kepastian pasar untuk memasok daun tembakau dari tanaman yang sudah dia tanam.

Soal harga, pria yang sudah menggeluti budi daya tembakau sejak 1990-an itu memperkirakan harga daun tembakau kering rata-rata Rp40.000 per kg. Berbekal perhitungan itu, omzet yang diperoleh Juwandi bisa senilai Rp2 miliar.

Sementara, modal yang dia keluarkan menanam tembakau mulai tanam hingga pemrosesan hasil panen sekitar Rp50 juta per ha atau Rp500 juta untuk 10 ha. Alhasil, pendapatan yang diperoleh bisa mencapai Rp1,5 miliar.

Baca Juga: Dipicu Curah Hujan Tinggi, Harga dan Kualitas Tembakau di Jabar Turun

Saat mengelola tembakau yang dia tanam, Juwandi dibantu puluhan orang. Dalam proses penanaman hingga pengolahan daun, jumlah total tenaga kerja yang terlibat bisa mencapai 50 orang.

Juwandi menjelaskan pasar tembakau asepan hingga kini masih terbuka lebar. Tembakau yang ditanam di wilayah Klaten serta Boyolali disebut-sebut berkualitas bagus dan banyak dicari pembeli dari luar negeri.

”Produk dalam negeri terutama lokal Klaten dan Boyolali masih diawe-awe, terutama di Eropa, di Jerman. Permintaan tahun kemarin luar biasa dan mengalami kekurangan. Tahun ini saja, buyer Eropa sudah pating kluyur di wilayah Klaten dan Boyolali,” ujar Juwandi yang juga Bendahara Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Tengah.

Soal kualitas tembakau yang dicari untuk pasar ekspor, Juwandi menilai tembakau asepan berbagai tingkatan dibutuhkan. Kualitas daun tembakau dibagi dalam tiga kelas yakni low grade, medium grade, serta top grade.

Baca Juga: Tembakau Klaten Terkenal Sejak Zaman Vorstenlanden Hingga Kini

“Itu semua dibutuhkan. Untuk tempat saya, persentase 85 persen top grade. Soalnya saya tanam sendiri. Kurang besar dipelihara lagi, kurang tua dituakan, kurang tebal dipelihara lagi diberi air dan pupuk. Itulah menuju ke top grade,” ujar dia.

Disinggung faktor cuaca, Juwandi mengakui beberapa tahun terakhir kondisi cuaca sepanjang kemarau masih kerap turun hujan dan mempengaruhi budi daya tanaman tembakau. Pengaruh itu mulai dari proses penanaman hingga proses pengeringan daun.

Namun, Juwandi menjelaskan selama intensitas hujan yang turun tak terlalu sering justru air hujan yang turun bisa menjadi pupuk.

“Kalau hujan 15 hari sampai 20 hari, itu emas yang diberikan Allah ke hambanya. Air hujan itu kandungan nitrogennya tinggi dan itu bisa menjadi pupuk untuk tanaman,” kata dia.

Baca Juga: Gudang Oven Tembakau di Karanganom Klaten Terbakar

Juwandi juga menjelaskan perlakuan tembakau asepan dan rajangan berbeda, terutama ketika proses pengolahan daun. Tembakau asepan tak tergantung dengan sinar matahari ketika proses pengeringan lantaran pengeringan dilakukan menggunakan oven.

Kepala Desa (Kades) Kalikotes, Kecamatan Kalikotes, Ponidi, berharap kesuksesan Juwandi mengelola tembakau, termasuk menanam tembakau di wilayah Kalikotes bisa mendongkrak lagi minat petani menanam tembakau.

Dia menjelaskan selama ini luas tanam tembakau saat musim kemarau cenderung menurun dari tahun ke tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya