Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Solo, Agus Djoko Witiarso, mengatakan pembuatan jembatan dimaksudkan untuk menjamin keselamatan pejalan kaki di jalan raya, terutama difabel. Yang unik, jembatan ini nantinya bisa difungsikan sebagai ruang publik di bawah tanah.
“Jembatan bisa dimanfaatkan untuk ruang pameran foto, lukisan, atau kegiatan seni lain,” ujarnya saat dihubungi wartawan, Kamis (28/3/2013). Agus menerangkan, sedianya fasilitas pejalan kaki di tiga kawasan itu ditopang oleh pelican crossing. Hanya saja, opsi tersebut batal lantaran dinilai tidak maksimal dalam melindungi pejalan kaki.
Tiga ruas jalan yang dibidik merupakan jalan protokol yang memiliki kepadatan lalu lintas cukup tinggi. “Sempat pula muncul opsi jembatan penyeberangan di atas tanah. Namun akhirnya ditolak karena merusak estetika kota,” ucap dia.
Pihaknya akan mengajukan anggaran penyusunan detail engineering design (DED) pembuatan jembatan pada APBD Perubahan 2013. Harapannya, pengerjaan fisik jaluir bawah tanah tersebut bisa dimulai sekaligus diselesaikan tahun depan. Dalam DED tersebut, pihaknya juga akan mengkaji kemungkinan penggunaan jalur untuk kendaraan bermotor roda dua. “Kami terus berkoordinasi dengan Dishubkominfo, Satlantas dan ahli transportasi sebagai modal penyusunan DED.”
Lebih lanjut, Agus menerangkan kajian juga akan membahas penentuan titik pembuatan JPBT di tiga ruas jalan. Dia menguraikan, ada beberapa titik yang memungkinkan seperti Telkom menuju Bank Indonesia di Jl Jenderal Sudirman serta depan Solo Grand Mal di Jl Slamet Riyadi. “Khusus Jl Kolonel Sutarto, kami membutuhkan izin Pemprov Jateng karena jalan berstatus milik provinsi,” katanya. Hingga kini, pihaknya belum bisa menghitung kebutuhan dana yang diperlukan untuk proyek tersebut.
Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo, meyakini pembuatan JPBT bisa mengurangi problem kepadatan lalu lintas. Di samping itu, ia menilai sistem JPBT lebih menguntungkan dibanding pelican crossing. “Karena bisa multifungsi, sebagai jalur pejalan kaki dan ruang publik.” Rudy menambahkan keberadaan JPBT dinilai bisa mengakomodasi kebutuhan kaum difabel. Pihaknya terus berkomitmen menciptakan Solo sebagai kota ramah difabel.