SOLOPOS.COM - Rumah tahan gempa (ilustrasi/JIBI/Antara)

Solopos.com, KLATEN — Ribuan rumah di Kabupaten Klaten ternyata sudah dibangun sesuai dengan standar rumah tahan gempa. Ribuan rumah tersebut tersebar di sejumlah kecamatan di Kabupaten Klaten.

Rumah tahan gempa yang sesuai standar nasional Indonesia (SNI) itu sangat penting sebagai salah satu upaya mitigasi bencana. Mengenai hal ini, BPBD Kabupaten Klaten menggelar sosialisasi terkait mitigasi bencana gempa bumi serta bangunan rumah tahan gempa di tiga desa.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Secara prinsip, rumah tahan gempa yang dimaksud yakni bangunan rumah yang memungkinkan orang di dalamnya bisa melakukan evakuasi ketika terjadi gempa bumi dengan magnitudo tertentu.

“Prinsipnya rumah standar gempa itu dengan getaran magnitudo tertentu, tingkat kerusakannya tidak parah. Artinya masih bisa menopang struktur bangunan utama sehingga memudahkan orang di dalamnya untuk melakukan evakuasi,” kata Sekretaris BPBD Klaten, Nur Tjahjono Suharto, saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (23/6/2022).

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Admin Medsos OPD di Klaten Diminta Responsif, Untuk Apa?

Secara teknis, dia mencontohkan ada penguatan pada dinding bangunan, ada pengait, ada sloof, hingga angkur.

“Selama ini masih ada bangunan rumah yang tidak menggunakan tulangan sebagai penguat dinding. Pengalaman gempa bumi 2006, banyak dinding yang roboh karena tidak diperkuat dengan tulangan dari besi,” kata Nur.

Rumah Tahan Gempa

Fasilitator yang memiliki pengalaman membangun rumah tahan gempa di beberapa daerah, Bayu Nurcahyanto, menjelaskan secara teknis penjabaran rumah tahan gempa sangat detail. Secara filosofi, rumah tahan gempa sesuai standar nasional Indonesia (SNI) yakni bangunan yang aman bagi penghuni di dalamnya.

“Jika ada bencana ada waktu untuk menyelamatkan diri,” kata Bayu.

Baca Juga: Bupati Klaten Geram Nama & Fotonya Kerap Dipakai untuk Menipu di Medsos

Bayu mengatakan sudah banyak rumah di Klaten yang dibangun sesuai dengan SNI rumah tahan gempa. Terutama rumah yang dibangun pasca gempa bumi 2006 menggunakan bantuan dari program Rekompak-JRF.

“Totalnya ada 3.333 rumah yang dibangun pada 2007-2009. Itu tersebar di beberapa desa terutama di Kecamatan Gantiwarno, Bayat, dan Cawas. Saat itu nilai bantuannya Rp20 juta. Untuk rumah tipe 36 hanya cukup membangun struktur bangunan saja. Sementara untuk dinding dan sebagainya swadaya,” kata Bayu.

BPBD Klaten menggelar sosialisasi pascabencana terkait gempa bumi dan bangunan rumah tahan gempa. Sosialisasi itu dilakukan guna memberikan pemahaman terkait bangunan rumah yang aman terhadap getaran gempa bumi.

Baca Juga: Cek Pendanaan Khilafatul Muslimin, Ini Yang Dilakukan Polres Klaten

Sosialisasi sudah digelar sejak pekan lalu di tiga desa secara bergiliran. Ketiga desa itu yakni Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno, Desa Kadilanggon, Kecamatan Wedi, serta Desa Pereng, Kecamatan Prambanan.

Materi yang disampaikan meliputi gempa bumi serta upaya mitigasi. Selain itu disampaikan materi terkait bangunan rumah yang tahan gempa. Para peserta sosialisasi antara lain tukang serta mandor bangunan, tokoh masyarakat, dan ibu rumah tangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya