SOLOPOS.COM - Emprit gould amadine ternakan Agus Robert di Vano Bird Farm, Kelurahan Bambankerep, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Rabu (17/8/2022). (Solopos.com/Ponco Wiyono)

Solopos.com, SEMARANG —  Burung emprit selama ini dikenal sebagai satwa liar yang kerap menjadi momok petani padi. Namun bagi Agus Robert, 31, emprit bisa menjadi hewan piaraan yang menghasilkan. Pundi-pundi uangnya dipenuhi pendapatan hasil beternak emprit berbagai jenis.

Pemuda asal Kelurahan Bambankerep, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah, ini sudah menekuni hobi beternak burung pipit itu sejak tiga tahun lalu. Ia memilih emprit, lantaran burung bernama ilmiah estrildidae ini mudah dibiakkan, terutama untuk urusan pakan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Pada dasarnya nutrisi emprit ini mudah, hanya protein dan kalsium yang bisa didapatkan dari biji-bijian dan sayuran,” terangnya, Rabu (17/8/2022).

Emprit-emprit biakan Agus ini meliputi jenis Jawa, black head yang biasa ditemui di daratan Papua, emprit Jepang, serta jenis gould amadine asal Australia.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Siswa SMK Semarang yang Terseret Ombak di Parangtritis Belum Ketemu

Jenis yang disebut terakhir ini dikatakan Agus merupakan jenis yang memiliki nilai jual tertinggi.

“Harga sepasang dari Rp3,5 juta sampai Rp10 juta. Tergantung warna, semakin pekat warnanya semakin mahal ” tutur pemilik Vano Bird Farm ini.

Agus mengenang, awal-awal ia menggeluti hobi ini harga perpasang gould amadine masih di bawah kisaran dua jutaan.

“Sekarang naiknya gila-gilaan, apalagi untuk yang warna kuning keemasan berpadu merah, itu warna mencolok yang disukai kolektor,” jelas Agus yang juga menekuni hobi beternak aneka satwa unik ini.

Baca Juga: Istrinya Tak Sengaja Disentuh Jurnalis, Perwira Polisi di Madiun Berang

Mengenai pembiakan, Agus sudah mencoba eksperimen dengan menyilangkan antarjenis emprit. Harapannya muncul jenis baru dan anakan yang membawa sifat-sifat indukannya yang campuran.

“Saya ingin menciptakan emprit jenis baru hasil persilangan dan alhamdulillah sejauh ini berhasil. Varian baru ini saya beri gelang khusus dengan inisial nama peternakan milik saya, agar kelak bisa dikenang kamilah yang membiakannya,” harap Agus.

Sementara tantangan dalam membiakkan emprit, menurut Agus, adalah bagaimana memahami tabiat burung-burung piarannya itu. Ia mencontohkan, ada burung yang menyukai ruangan gelap saat mengerami telur.

“Saya juga masih berusaha keras agar anakan yang menetas lebih banyak betina. Sejauh ini peluang menetaskan anakan betina baru sebatas 30 persen,” tuntasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya