SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, SEMARANG —Mahasiswa, apalagi perantauan dan ngekos, biasanya identik dengan kondisi keuangan yang serba hemat dan terbatas. Namun, pada kenyatannya di Semarang ada mahasiswa yang bisa menjadi jutawan melalui investasi saham.

Kepala Kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Semarang Fanny Rifqi mengungkapkan BEI bersama perguruan tinggi dan sekuritas, gencar melakukan edukasi ke kampus-kampus, melalui galeri investasi. Kini ada 15 galeri investasi yang tersebar di sejumlah kampus di ibu kota Jawa Tengah ini. Adapun, jumlah investor baru di Semarang per Agustus 2019 mencapai 3.303 akun atau single investor identification (SID), dan sekitar 50% merupakan milenial.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Total SID di Kota Lumpia kini berkisar 22.000 akun. “Seperempat investor saham di Semarang adalah mahasiswa. Kita lihat perkembangan investor milenial usia 18—30 tahun sangat pesat, terutama dari kalangan mahasiswa ini,” tuturnya kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI), Rabu (28/8/2019).

Sebelum membeli saham, biasanya kelompok mahasiswa melakukan diskusi dan analisis, baik fundamental maupun teknikal. Uniknya, mereka terkadang melakukan urunan untuk membeli salah satu saham emiten.

Ekspedisi Mudik 2024

Dengan strategi itu, nilai transaksi dari satu SID bisa mencapai ratusan juta rupiah per bulan. Namun demikian, sambung Fanny, yang terpenting bukanlah nilainya, tetapi bagaimana mahasiswa mampu menyelaraskan keilmuannya dengan praktik.

Di sejumlah Fakultas Ekonomi, ada mata kuliah Manajemen Investasi dan Portofolio, serta Pasar Modal. Melalui galeri investasi, mereka mengaplikasikan pelajaran saat kuliah dengan bertransaksi saham.

Hal itu juga sejalan dengan strategi BEI yang mencanangkan Program Yuk Nabung Saham. Menurut Fanny, membeli saham seperti berinvestasi tanah, yang keuntungannya cenderung lebih maksimal untuk jangka panjang.

“Jadi kita jangan pandang nilai investasinya. Tapi, bagaimana mahasiswa kini sudah terdidik dan berani mulai berinvestasi saham, serta dapat mengaplikasikan keilmuannya,” tuturnya.

Investor atau Trader
Fanny menyebutkan, kendati BEI lebih menekankan soal gaya investasi seperti menabung, mahasiswa juga ada yang memilih gaya trader dalam bertransaksi. Artinya, mereka akan memantau saham untuk mereguk untung dalam jangka pendek. Namun demikian, ada juga yang memilih gaya investor dan trader pada saat yang bersamaan.

Hal ini bisa dilakukan dengan menaruh portofolio suatu saham di dua sekuritas yang berbeda. Jadi, nasabah bisa memeroleh kentungan untuk jangka panjang dan pendek. Geliat investasi saham di kalangan mahasiswa juga diakui oleh Branch Manager Phintraco Sekuritas Semarang Fachrul Hermadi. Jumlah nasabah mahasiswa Phintraco di Semarang mencapai 5.000 akun, dan di Jawa Tengah sekitar 10.000 akun.

“Sampai Agustus 2019, hampir terdaftar 1.000 akun baru dari kalangan mahasiswa di Semarang,” ujarnya.

Selain dari sisi jumlah investor, nilai transaksi saham juga cenderung bertambah. Ada yang memiliki aset dan bertransaksi ratusan juta rupiah, ada juga satu akun yang menyetor dana hingga Rp1 miliar per bulan. Jumlah yang sangat fantastis untuk ukuran pelajar.

Phintraco Sekuritas memang terbilang aktif melakukan penetrasi pasar modal ke kampus melalui galeri investasi. Pada 18 Mei 2018, perusahan menerima penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI) atas rekor galeri investasi terbanyak, yakni 100 galeri investasi di 43 kota.

Di Jawa Tengah, sambung Fachrul, Phintraco memiliki 9 galeri investasi. Jumlah itu akan bertambah sampai akhir 2019 seiring dengan pembukaan galeri investasi di Pekalongan, Tegal, dan Brebes.

Menurutnya, mahasiswa dapat tertarik berinvestasi karena keilmuan pasar modal masuk ke dalam kurikulum kuliah. Mahasiswa secara aktif juga membentuk Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) di masing-masing universitas.

Saat melakukan edukasi, setiap peserta menyetorkan dana Rp100.000, yang akan langsung masuk ke akun SID dan menjadi deposit investasi. Ini menjadi salah satu cara agar kalangan peserta, khususnya mahasiswa, semakin melek industri pasar modal.

Khairul Aziz, salah seorang mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes), menuturkan di Fakultas Ekonomi Unnes, terdapat Badan Semi Ororita (BSO) bernama Unnes Stock Exchange Study Forum (Unssaf) yang memiliki 45 anggota mahasiswa. Setiap anggota wajib membuka rekening saham.

“Kami sudah belajar pasar modal dan ingin mempraktikan secara langsung. Unssaf juga rutin melakukan kompetisi pasar modal setiap tahun. Tahun ini ada 118 tim yang berkompetisi,” tutur Khairul, yang juga menjabat sebagai Direktur Unsaaf.

Dosen Fakultas Ekonomi Unnes Vitradessie menyebutkan, Unnes berkomitmen berkontribusi dalam proses pendidikan dan praktik pasar modal sejak 2010, seiring dengan berdirinya laboratorium pasar modal. Sejak saat itu, proses pendidikan dan praktik pasar modal berjalan secara paralel, saling menyesuaikan, dan saling memberikan umpan balik.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya