SOLOPOS.COM - Ketua Komunitas Sedekah Sampah Indonesia, Danang Widyatmoko, menunjukkan emas murni yang disiapkan untuk ditukar dengan jelantah di gudang komunitas, Dukuh Krajan, Desa Jomboran, Kecamatan Klaten Tengah, Jumat (28/1/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN—Komunitas Sedekah Sampah Indonesia membuka donasi jelantah yang bisa ditukar dengan emas. Hal itu dilakukan komunitas sebagai salah cara untuk menjaga lingkungan dari potensi pencemaran.

Komunitas tersebut digawangi sekelompok anak muda dengan sekretariat di Dukuh Krajan, Desa Jomboran, Kecamatan Klaten Tengah. Aktivitas mengumpulkan sedekah sampah layak jual dan layak manfaat sudah dilakukan komunitas sejak 2019. Sampah-sampah yang mereka kumpulkan serta diolah lagi di antaranya sampah anorganik, baju bekas, hingga jelantah.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Jelantah diolah menjadi sabun pel, lilin, hingga didistribusikan untuk pengolahan biodiesel. Hasil penjualan sampah selanjutnya disedekahkan dalam bentuk lain serta membiayai operasional komunitas. Sementara, baju bekas mereka distribusikan ke pondok pesantren.

Baca Juga: Berawal dari Nongkrong, Anak Muda Jomboran Klaten Bikin Sedekah Sampah

Ekspedisi Mudik 2024

Ketua Komunitas Sedekah Sampah Indonesia, Danang Widyatmoko, menjelaskan selama ini jelantah diperoleh komunitas dari sumbangan warga di sekitar Jomboran serta warung. Ide mengumpulkan jelantah itu dimaksudkan agar tak dibuang sembarangan.

“Kami punya program bagaimana agar jelantah itu tidak dibuang ke sungai, selokan, dan lingkungan lainnya. Selama ini jelantah jarang diolah lagi. Dikit-dikit dibuang ke selokan,” kata Danang saat ditemui di Desa Jomboran, Jumat (28/1/2022).

Sebelum pandemi, komunitas bisa mengumpulkan 100 liter jelantah per bulan. Ada warga yang menberikan secara cuma-cuma, ada pula yang memilih untuk ditukarkan dalam bentuk lain seperti sembako. “Ada yang ditukar dengan sembako seperti gula, garam, sabun cuci piring, serta ada yang ditukar dengan pulsa,” kata Danang.

Baca Juga: Cemari Saluran Irigasi, Pemilik Home Industri Klaten Jadi Tersangka

Sampah yang ingin didonasikan termasuk jelantah dijemput pengelola komunitas tersebut. Biasanya, mereka mengambil jelantah pada Minggu.

Saat pandemi Covid-19 melanda, pengumpulan sedekah jelantah seret. Dalam setahun, komunitas hanya bisa mengumpulkan sekitar 30 liter jelantah. Danang tak tahu pasti penyebab merosotnya jelantah yang terkumpul.

Selain faktor aktivitas pengambilan yang terhambat pemberlakuan pembatasan, kondisi itu dimungkinkan lantaran faktor tak banyak pedagang warung yang berjualan hingga produksi jelantah berkurang ketika kasus Covid-19 meninggi beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Saluran Irigasi di Wonosari Klaten Memerah, Polisi Tunggu Hasil Lab

Guna meningkatkan kembali minat warga bersedekah sampah rumah tangga mereka, komunitas menggulirkan ide sedekah jelantah ditukar emas. Ketentuannya, 10 liter jelantah bisa ditukar dengan 0,025 gram emas murni. Sementara, 20 liter jelantah bisa ditukar dengan 0,05 gram emas murni.

Ide tersebut lantas diumumkan melalui media sosial sejak Kamis (27/1/2022). Sejumlah warga terpantik untuk mendonasikan jelantah produksi rumah tangga mereka yang ternyata bisa menghasilkan emas jika dikelola dengan baik tanpa harus mencemari lingkungan.

“Saat ini ada lima orang yang sudah menghubungi dan mau menyedekahkan jelantah. Akhir pekan ini kami ambil. Ada dua orang yang mau sedekah jelantah masing-masing 18 liter,” jelas Danang.

Baca Juga: Jos! Petani Milenial Bono Klaten Sulap Limbah Baglog Jadi Pupuk Organik

 

Ajak Bersedekah

Danang  menjelaskan jelantah yang ingin disumbangkan warga akan dijemput komunitas. Mereka biasanya melakukan kegiatan pengambilan sampah saban Minggu.

Soal nilai nominal emas murni yang disiapkan, Danang menjelaskan 0,025 gram emas murni setara Rp40.000. Sementara, nilai tukar jelantah per liter sekitar Rp6.000 atau Rp60.000 untuk nilai tukar 10 liter jelantah.

Danang menjelaskan ada selisih Rp20.000 antara nilai jual dan nilai tukar. Selisih tersebut nantinya digunakan untuk kegiatan sosial lainnya. Alhasil, selain mengajak peduli lingkungan, komunitas tersebut mengajak para donatur untuk bersedekah.

Baca Juga: Parah, Kandungan Bakteri Coliform di Rawa Jombor Klaten Melebihi Ambang Batas

“Insya Allah kegiatan ini akan terus berlanjut. Kalau ada yang ingin jelantah ditukar dengan sembako, kami juga siapkan,” ungkap Danang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya