SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dokumentasi)

Ilustrasi (Dokumentasi)

SEMARANG-Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng mengungkapkan kasus kematian unggas itik diduga akibat flu burung tersebar di 22 kabupaten/kota.

Promosi Kisah Petani Pepaya Raup Omzet Rp36 Juta/bulan, Makin Produktif dengan Kece BRI

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng, Whitono, mengatakan kasus kematian itik sudah terjadi sejak September 2012. “Dari hasil pendataan total jumlah itik yang mati sekitar 62.000 ekor, tersebar di 22 kabupaten/kota,” katanya di Semarang, Selasa (18/12/2012).

Kasus kematian itik ini, lanjut dia, angkanya masih kecil yakni 0,76 persen dari total populasi itik di Jateng sebanyak 8,1 juta ekor. “Jumlah itik yang mati masih kecil, tak sampai 1%, sehingga belum menjadi kejadian luar biasa (KLB),” imbuhnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Dari data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng, kasus kematian itik terbanyak di Kabupaten Demak yakni 13.200 ekor, disusul Kabupaten Brebes sebanyak 11.000 ekor, kemudian Kabupaten Karanganyar 7.200 ekor.

Sedang kasus kematian itik secara mendadak juga ditemukan di Kota Tegal, Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Batang, Wonosobo, Boyolali, Banyumas, dan lainnya. Mengenai penyab kematian itik itu, Whitono, menyatakan karena flu burung serta penyakit unggas lainnya.

“Untuk memperinci sulit, sebab banyak peternak itik tak langsung melaporkan penyebab dan cirri-ciri kematian. Tapi yang menjadi perhatian kami terutama akibat flu burung,” ungkapnya.

Menurut dia, virus yang menyerang itik adalah jenis subtype H5N1 (avian influenza/flu burung) dengan clede 2.3 sub clade 2.3.2. Clade 2.3 adalah clade yang baru ditemukan di Indonesia, yang berbeda dengan virus AI sebelumnya yaitu clade 2.1.

“Kalau sebelumnya, virus flu burung di Jateng hanya menyerang ayam, pada 2012 trennya menyerang itik sehingga banyak yang mati,” ujarnya.

Lebih lanjut, dia menyatakan pihaknya sudah mengambil langkah yakni menerjukan tim gerak cepat ke tiap kabupaten/kota. Serta menyiapkan 9.300 liter disinfektan.

“Kami juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan pemerintah kabupaten/kota untuk mengatasi masalah ini supaya tak meluas ke manusia,” terangnya.

Dia mengimbau kepada masyarakat tidak perlu khawatir untuk mengkonsumsi daging atau telur itik. “Kepada para peternak sebaiknya tidak menggembala itik yang masih sehat guna mencegah penyebaran virus,” pintanya.

Sementara, Gubernur Jateng, Bibit Waluyo menyatakan penyebab kematian itik bukan semata karena flu burung. “Penyebab kematian itik ini bisa juga karena pengaruh cuaca yang ekstrim sekarang ini,” ujar dia.

Gubernur meminta Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan serta dinas terkait segera melakukan langkah pencegahan. “Supaya kasus kematian itik bisa segera ditangani supaya tak merugikan peternak itik.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya