SOLOPOS.COM - Ilustrasi hujan. (Solopos-dok)

Solopos.com, KARANGANYAR – Air hujan seringkali dianggap hanya memberikan dampak negatif bagi kehidupan. Padahal, jika diolah dengan baik air hujan tersebut memberikan manfaat bagi manusia.

Sebenarnya, air hujan bisa diolah untuk air minum dan keperluan memasak. Dengan demikian, masyarakat bisa menghemat pengeluaran untuk air minum.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tim pengabdian masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) AUB menggelar pelatihan pemanfaatan air hujan di Dusun Madoh RT 005/RW 007, Desa Bolon, Colomadu, Karanganyar, Minggu (5/1/2020) sore. Dalam pelatihan itu, mereka menguji coba elektrolisis air hujan dari penampungan dengan berbagai ukuran untuk dijadikan air minum.

“Warga bisa memasang pipa di bawah talang, kemudian disalurkan ke penampungan. Di dalam penampungan tersebut disaring terlebih dahulu, karena untuk memisahkan debu halus dalam air tersebut. Hasilnya bisa langsung digunakan, sisanya bisa disimpan di tempat lain untuk kebutuhan lainnya,” terang salah satu mahasiswa STIE AUB, I Gusti Putu Diva Awatara, saat dihubungi Solopos.com, Senin (6/1/2020).

Setelah ditampung dan disaring untuk memisahkan debu, air hujan diolah dengan alat elektrolisis air. Hasil penyaringan alat ini dapat mengurai mineral asam dan basa.

“Mineral basa untuk diminum, sedangkan yang asam untuk kesehatan, seperti penyakit kulit,” imbuh Diva.

Ketua PKK Dusun Madoh RT 005/RW 007, Sri Suyatmi, mengatakan air hujan yang dimaksud bukan air hujan yang sudah jatuh ke tanah. Tetapi air hujan yang ditampung mengunakan penampungan dari genting atau talang atap rumah.

“Jadi kalau air banjir seperti di Jakarta dan Jawa Barat itu sudah tidak bisa dimanfaatkan untuk minum dan masak,” kata dia saat ditemui di rumahnya.

Air hujan yang dimanfaatkan, lanjut dia, seharusnya yang turun setelah hujan selama 15 menit. Menurutnya, pelatihan tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat. Ia bersama anggota PKK lainnya bakal mencoba pemanfaatan air hujan tersebut.

“Yang masih menjadi kendala yaitu biaya alat dan penyaringan. Kami menghitung untuk membeli peralatannya sekitar Rp1 juta lebih. Mungkin kami nanti prosesnya bertahap,” kata Sri Suyatmi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya