Solopos.com, KARANGANYAR -- Warga Dusun Dani, Desa Pereng, Kecamatan Mojogedang, Karanganyar, menjaga sejumlah pohon yang tumbuh di tempat permakaman umum dusun setempat.
Pada area tersebut terdapat sembilan pohon jati yang diyakini memiliki umur lebih dari 400 tahun.
Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
Saat Akar baru setinggi perut orang dewasa tumbuh menggantikan akar jati lama. Daun pohon jati yang memiliki ketinggian puluhan meter tersebut tampak berguguran saat musim kemarau. “Kalau tunas daun jati mulai muncul, berarti sebagai tanda bagi petani untuk menanam padi,” kata warga setempat, Paiman H.S., 80, kepada Paiman menjelaskan sebelum menjadi permakamam umum, area tersebut merupakan permukiman warga setempat. Warga menjadikannya permakaman ketika sejumlah bangsawan dikejar musuh dan bersembunyi di Dusun Dani. Paiman mengisahkan salah satu bangsawan bernama Raden Adi Ketawengan dikejar tentara Belanda. Sang Raden berlari namun mengalami pendarahan akibat terjerat jerami ketan hitam di area tersebut hingga meninggal dunia.
Lalu Raden Adi Ketawengan dimakamkan di bawah pohon jati. “Permukiman pindah dan tempat ini menjadi makam. Lalu area ini dikeramatkan,” ujar Paiman. Dia menjelaskan sejak kejadian tersebut petani setempat tidak menanam ketan hitam. Warga menjaga pohon yang diyakini berusia lebih dari 400 tahun tersebut tetap lestari dan tidak memanfaatkan tanaman di area makam. “Sekitar tahun 2000-an ada warga Solo menawar satu pohon jati Rp2 miliar. Tetapi warga tidak melepas karena warga yakin penghuni di area makam tidak akan memberikan izin,” ungkapnya. Kepala Desa Pereng, Sriyanto, menjelaskan, belum ada penelitian untuk menaksir usia pohon. Namun, pohon tersebut dijaga warga sejak duhulu kala.
"Memang pohon termasuk tanaman langka karena tidak ada pohon serupa di wilayah lain," katanya.