SOLOPOS.COM - Gabungan penari mementaskan tari kolosal bertema Pesona Solo Kemilau pada pertunjukan Solo 24 Jam Menari di Jl. Jendral Sudirman, Solo, Jumat (29/4/2016). (Ivanovic Aldino/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Sebanyak 1.120 seniman tari asal Solo dan penjuru Pulau Jawa akan meramaikan ajang Solo Menari 24 Jam menyambut perayaan Hari Tari Dunia pada 29 April mendatang. Mereka akan menyajikan berbagai tari kreasi masing-masing pada acara yang diselenggarakan Institut Seni Indonesia (ISI) Solo itu.

Perayaan Hari Tari Dunia (HTD) di Solo kali pertama kali digelar pada 2007. Artinya, sudah 16 kali perayaan diadakan di perguruan tinggi yang mempunyai program studi Seni Tari tersebut. Tahun ini, setidaknya ada 1.120 orang yang terlibat, baik penari maupun pemusik.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dua tahun setelah menggelar perayaan HTD online karena pandemi Covid-19 cukup membunuh perlahan aktivitas seni di Solo. Utamanya seni panggung. Namun saat ini, perlahan situasi berangsur membaik.

Ketua Panitia Hari Tari Dunia ISI Solo, Dwi Wahyudiarto, menjelaskan tema perayaan Solo Menari 24 Jam dalam rangka HTD 2022 adalah “Menari Membingkas Renyap”. Tema tersebut dipilih bukan tanpa makna.

“Membingkas” bermakna bangkit, melompat, melenting dengan cepat. Sementara “renyap” bermakna dari senyap, lelap. Di balik tema tersebut menari menjadi salah satu cara untuk beranjak dan melompat jauh dari kesenyapan.

Baca Juga: Solo Menari 2021 Digelar, Konsepnya Ciamik!

Wahyu mengatakan panitia, jajaran akademisi, dan seniman ISI Solo tetap akan mempertahankan event 24 Jam Menari. Dia menilai event seolah menjadi ruang oksigen bagi para pelaku seni. Tanpa event, kehidupan seni seolah mati.

Napas Dunia Seni

“Apa pun kondisinya tetap kami pertahankan. Dalam menghidupi seni tari kalau tidak ada aktivitas artinya tidak ada napas kehidupan. Walaupun lewat daring [hybrid] tapi kita tetap laksanakan dengan kondisi saat ini,” jelas Wahyu saat ditemui Solopos.com di Pendapa Ageng ISI Solo, Selasa (26/4/2022).

Event akbar seperti perayaan Hari Tari Dunia sangat dibutuhkan bagi mahasiswa dan pelaku seni. Tak hanya menyajikan pertunjukan seni saja, event juga menjadi ajang belajar manajemen kepanitiaan dan manajemen panggung.

Baca Juga: Sudah Nggak Sabar, Lihat 5.000 Penari Jaranan di Solo Menari 2019

Wahyu menilai pementasan saja tak cukup menghidupkan napas dunia seni. Setelah dihantam pandemi, kehidupan di panggung seolah terjeda begitu saja. Untuk itu, perlu adanya tantangan.

Maka Solo 24 Jam Menari masih terus dipertahankan meski digelar secara hybrid dengan penonton terbatas pada 2022. “Ini juga sebagai pelajaran manajemen, mahasiswa enggak dapat di kelas-kelas. Tari butuh event. Kalau pentas, malam selesai, itu biasa. Kita perlu tantangan. Makanya kami buat 24 jam menari. Meski saat ini belum bisa maksimal,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya