SOLOPOS.COM - Suasana orang antre membeli sate kere di depan Pendapa Alit Boyolali, Sabtu (9/4/2022). Sate kere ini pertama kali dijual oleh Mbah Untung pada tahun 1951 kemudian diteruskan sang anak Surani mulai tahun 1984. (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Di kawasan pasar kuliner depan Pendapa Alit Boyolali, ada satu lapak yang tak pernah terlihat kehabisan pengunjung. Lapak tersebut adalah lapak satai kere milik Surani, 61.

Lapak satai keter itu telah ada sejak tahun 1951. Satai kere bikinan Surani menggunakan resep secara turun-temurun dari leluhurnya.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Dahulu satai kere sudah dijual oleh ibu saya, Mbah Untung sejak 1951. Saya melanjutkan sejak 1984 sampai sekarang,” katanya saat ditemui Solopos.com, di lapaknya, Sabtu (9/4/2022).

Baca Juga: Pasar Kuliner Pendapa Alit Boyolali, Jual Aneka Takjil Lezat & Murah

Ia mengaku, pembeli satainya berasal dari berbagai daerah, seperti Boyolali, Solo, Magelang, Salatiga, Jogja, Klaten, Semarang, dan daerah lain. Surani bersama suaminya berjualan di bawah pohon beringin depan Pendapa Alit Boyolali setiap, bak saat Ramadan dan hari biasa. Lapak satainya dibuka pukul 14.00 WIB hingga habis.

“Saya biasanya jualan sampai habis. Tapi Alhamdulillah kadang sebelum jam 17.00 WIB sudah habis,” kata dia.

Surani mengatakan saat awal berjualan, ia hanya menjual satai kere atau satai yang terbuat dari tempe gembus. Namun sekarang, ia juga menjual satai sapi.

Baca Juga: Asyiknya Anak-Anak Bermain Meriam Bambu di TPA Alam Selo Boyolali

“Dalam sehari, enggak menghitung habis berapa tusuk. Tapi yang jelas saya habis 10 hingga 12 kilogram daging sapi. Untuk satai gembusnya, saya beli di pasar Rp20.000, entah dapatnya berapa,” ungkapnya.

Surani mengatakan pendapatan yang diperoleh sempat menurun saat kasus Covid-19 meningkat pesat pada 2021. Saat memasuki momentum Ramadan tahun 2022, penghasilannya jauh lebih baik dibanding Ramadan 2021. Harga satai kere di tempat Surani, mulai dijual Rp10.000 per porsi.

“Harga porsi kecil senilai Rp10.000, dapat tiga tusuk sate. Porsi sedang senilai Rp15.000, dapat lima tusuk sate. Porsi besar senilai Rp20.000, dapat delapan tusuk sate. Sudah termasuk dengan lontongnya. Bisa pilih satai campur atau sendiri-sendiri,” ungkapnya.

Baca Juga: Jadwal Imsakiyah Boyolali, Senin 11 April 2022

Obat Rindu

Salah satu pembeli asal Ampel, Boyolali, Dian Asyifa, 25, mengaku mengunjungi satai kere di depan Pendapa Alit Boyolali untuk mengobati kerinduannya setelah merantau.

“Rasanya tetap beda satai kere di sini dan di perantauan. Jadi mumpung sudah tidak capek, segera saja ke sini,” kata perempuan asal Ampel, Boyolali tersebut.

Ia mengaku telah berlangganan satai kere Surani sejak ia kecil. Menurutnya harga satai kere di depan Pendapa Alit Boyolali cukup murah.

Baca Juga: Wisata Umbul Sungsang Boyolali, Peninggalan Kerajaan Pengging

“Ini bisa dibilang satai legenda karena sudah ada sejak zaman lama. Harganya juga terjangkau, worth it kalau kita memikirkan rasa dan usianya,” ungkap dia.

Pembeli lain, Anisa Septiyana, 29, asal Mojosongo, Boyolali, mengaku sudah berlangganan satai kere bikinan Surani. Ia mengatakan jauh-jauh dari Mojosongo, Boyolali untuk antre membeli satai kere karena rasanya yang enak.

“Sebelum Ramadan biasanya beli jam 15.00, sekarang belinya menjelang buka puasa begini,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya