SOLOPOS.COM - Beberapa unit bus Sedya Mulya milik PT Sedya Mulya Dwipa berada di garasi, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri, Rabu (12/1/2022). (Solopos.com/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI—Tergerusnya bisnis transportasi umum antarkota antarprovinsi (AKAP) di Kabupaten Wonogiri dinilai tak sekadar akibat kalah bersaing. Iklim usaha dipandang sudah tak sehat lantaran tidak ada proteksi dari pemangku kepentingan terkait.

Pengelola usaha PT Tunggal Daya Dwipa Wonogiri, Endang Pawitri, saat ditemui Solopos.com di kantornya di Kecamatan Ngadirojo, Rabu (12/1/2022), menyampaikan bisnis transportasi umum AKAP di Kabupaten Wonogiri mulai goyah sejak bus-bus dari luar daerah masuk Kabupaten Wonogiri. Bus-bus itu bisa dengan bebas mencari penumpang hingga ke wilayah-wilayah, seperti kota kecamatan yang selama ini menjadi lahan bagi bus lokal.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pemilik modal dari luar daerah mengekspansi menggunakan bus baru yang dilengkapi fasilitas-fasilitas. Mereka membidik Kabupaten Wonogiri karena melihat Kabupaten Wonogiri merupakan daerah prospektif. Banyak masyarakat yang merantau dan berdagang ke Jakarta dan sekitarnya.

Baca Juga: Konsep 3 in 1 Antarkan BLK Wonogiri Juara I Pelatihan Vokasi Award 2021

Dari waktu ke waktu bus dari luar daerah yang masuk Kabupaten Wonogiri semakin banyak. Bus-bus lokal, seperti Tunggal Daya milik PT Tunggal Daya Dwipa kian tersisih. Ironisnya, hingga saat ini tidak ada proteksi atau perlindungan bagi pelaku usaha lokal.

“Orang bilang kami kalah bersaing karena tidak bisa memenuhi permintaan pasar, enggak bisa pakai bus yang bagus seperti bus-bus dari luar daerah itu,” kata perempuan yang biasa disapa Witri itu.

“Tapi saya kira persoalannya bukan itu saja. Ini lebih karena ketiadaan proteksi bagi pelaku usaha lokal. Kalau begini terus sama halnya kami dibiarkan berperang tanpa menggunakan tameng. Lama-lama bisa benar-benar berhenti usaha lokal ini,” ujarnya.

Baca Juga: Kamera Pemantau Tersambar Petir, BPBD Klaten Kesulitan Pantau Merapi

Anak dari almarhum Sutardi, pemilik PT Tunggal Daya Dwipa itu melanjutkan berbeda halnya jika ada proteksi bagi pelaku usaha lokal. Misalnya, bus dari luar daerah hanya boleh sampai di Terminal Tipe A Giri Adipura dan dilarang ke wilayah-wilayah. Jika ada pelanggaran pelaku usaha ditindak tegas. Wilayah kota kecamatan ditetapkan hanya untuk bus-bus lokal. Dengan begitu bus lokal masih bisa berbuat banyak, sehingga dapat berkembang.

“Memang betul izin trayek dan segala macam lainnya merupakan kewenangan Kemenhub [Kementerian Perhubungan]. Tapi daerah bisa membuat kebijakan, regulasi untuk memproteksi pengusaha lokal. Kalau bus dari luar Wonogiri bisa sampai wilayah-wilayah seperti sekarang, ini sudah tidak sehat lagi,” imbuh Endang Sawitri.

Saat ini, sambung dia, para pelaku usaha lokal sedang menyatukan persepsi untuk bersama-sama menyelamatkan usaha. Mendorong daerah memberikan proteksi tidak mudah.

Baca Juga: Merapi Masuki Erupsi Efusif, Masyarakat Diminta Aktifkan Ronda Malam

Endang Sawitri menyebut masing-masing pelaku usaha lokal perlu memperkuat posisi terlebih dahulu, seperti dengan melengkapi legalitas. Dia meyakini perjuangan akan lebih mudah dilaksanakan jika semua legalitas dipenuhi.

 

Bertahan

Selain PT Tunggal Daya Dwipa, perusahaan transportasi umum lokal yang masih bisa bertahan adalah PT Sedya Mulya Samia.

Karyawan perusahaan yang diberi kewenangan pemilik usaha untuk memberi keterangan kepada Solopos.com, Tulus Hari Wibowo, mengatakan tak memungkiri persaingan usaha saat ini sangat ketat. Berbagai bus dari luar daerah menggempur Kabupaten Wonogiri. Jika tak menjawab tuntutan kondisi usaha bisa gulung tikar.

Baca Juga: 2 Kubah Lava Terus Tumbuh, Gunung Merapi Masuki Masa Erupsi Efusif

Dahulu PT Sedya Mulya Samia memiliki lebih dari 100 unit bus Sedya Mulya untuk perjalanan reguler dan pariwisata. Perusahaan berupaya sekuat tenaga bertahan dengan menggunakan delapan unit bus untuk trayek Wonogiri-Jakarta sekitarnya, lima unit bus pariwisata, dan dua unit bus trayek Wonogiri-Denpasar, Bali.

“Menjalankan usaha sekarang ini sangat berat. Biaya operasional tinggi. Belum lagi perusahaan harus meremajakan armada. Di sisi lain, masyarakat masih membutuhkan kehadiran Sedya Mulya. Kami berupaya memenuhi kebutuhan itu sekuat tenaga. Semua ketentuan dari pusat [Kemenhub] kami penuhi,” kata lelaki yang akrab disapa Hari itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya